Jumat, Januari 21, 2011

Menyambangi “Pintu Kota” Ambon Manise

  Menginjakkan kaki di bumi Pulau Rempah dijamin akan membawa kesan tersendiri bagi jiwa petualang Anda. Sebab kota yang memiliki luas 377 km² ini memiliki banyak titik wisata yang sayang untuk dilewatkan.

Namun, karena memiliki suhu udara kurang bersahabat di saat siang (baca: panas sekali) ada baiknya Anda tidak menggunakan pakaian tebal saat bertandang ke Ambon.

Berjalan-jalan keliling kota menikmati wisata kuliner yang banyak tersedia di Ambon dengan menggunakan pakaian tipis dan nyaman adalah pilihan terbaik yang kami sarankan.

Plus, jangan lupa mengenakan krim pelembab agar kulit Anda yang halus tidak terbakar hingga menghitam. Jika Anda tidak tertarik menggunakan jasa rental mobil selama berkeliling Ambon, jangan khawatir karena banyak pilihan moda siap mengantar Anda untuk sampai ke tujuan.

Layaknya Yogyakarta, bagi yang senang berkendara dengan becak, kendaraan roda dua itu banyak wara-wiri di jalanjalan utama kota. Soal harga, bisa dinego, asal Anda pintar mengambil hati “sang pilot” yang pasti bersedia menurunkan harga sambil melempar senyum manisnya.

Selain becak, ada pula pilihan motor sewa alias ojek, yang bisa dengan lebih cepat mengantar Anda jalan-jalan. Atau jika Anda tidak keberatan naik-turun kendaraan, maka pilihan angkutan kota warna hijau pupus yang mondar-mandir dari terminal Mardika tentu bisa jadi pilihan yang murah meriah.

Pasca kerusuhan yang sempat membuat Ambon menjadi kota mati, kini pemerintah kota setempat berusaha kembali membangun kota itu dari sektor kelautan-perikanan dan wisata.

Dan salah satu objek wisata yang terkenal di kota Ambon adalah Pintu Kota. Meski namanya terkesan layaknya sebuah gerbang atau gapura, Pintu Kota sebenarnya adalah sebuah karang raksasa yang menjorok dari pantai ke laut dan memiliki lubang besar di bawahnya.

Karena bolong, sekilas strukturnya membentuk sebuah gerbang yang bisa kita lewati untuk sekadar mengambil foto. Sayangnya, pada saat air pasang, lubang besar itu tertutup, jadi semoga saja ketika Anda bertandang ke sana, pintu sang karang sedang terbuka.

Pintu Kota terletak di perbatasan Desa Airlow dan Sri yang dapat ditempuh kendaraan pribadi dengan lama perjalanan kurang lebih satu jam dari Kota Ambon. Selain menjual pemandangan karang berbentuk gapura, lokasi ini juga memiliki anak tangga yang menyediakan spot bagi para wisatawan yang ingin mengabadikan keindahan lokasi itu dari atas.

Meski membutuhkan usaha yang cukup besar untuk menaiki jajaran anak tangga yang cukup tinggi, suguhan lanskap yang disajikan di atas karang Pintu Kota luar biasa. Bagi Anda yang pernah mengunjungi Uluwatu di Bali, maka pemandangan di atas Pintu Kota kami jamin tak kalah indah.

Karenanya, jangan sampai lupa membawa kamera jika datang ke tempat ini karena banyak titik yang bagus untuk dijadikan lokasi berfoto. Uniknya, dalam perjalanan menuju Pintu Kota, di pinggir jalan Anda berkesempatan melihat tulisan Hollywood layaknya yang ada di Los Angeles, Amerika Serikat.

Ya, meski tidak memiliki industri perfilman, Ambon juga memiliki tulisan khas “kerajaan” para kreator sinema dunia tersebut. Meski indah untuk diabadikan, sayangnya tulisan Hollywood lokal ini berada di bibir pantai, sehingga sulit bagi wisatawan yang ingin berfoto di bawah tulisan itu secara utuh.

Namun, untuk hanya dapat memotret tulisan itu secara penuh (tanpa gambar kita di bawahnya), Anda bisa berhenti sejenak di pinggir jalan persis di seberang lokasi tulisan besar itu berada.

Keindahan Natsepa “Belum ke Ambon kalau belum menjajal rujak Natsepa,” demikian ujar penduduk lokal berkelalar pada para wisatawan yang datang. Disebut demikian, karena memang rujak di Natsepa terkenal lezat, bahkan hingga ke luar pulau.

Maka tak heran jika kemudian banyak turis asing yang datang ke Ambon, begitu sampai langsung minta diantar ke Natsepa guna mencicipi olahan buah-buah segar plus bumbu kacang itu.

Beda dengan rujak di tempat lain, gula merah yang digunakan didatangkan langsung dari Makassar, dan kacangnya adalah kacang pilihan yang memiliki bentuk besar-besar, namun empuk saat bersentuhan dengan gigi.

Ditambah buah-buahan segar yang dihasilkan penduduk setempat, maka lahirlah ulahan kuliner rujak yang menggiurkan. Mona, seorang penjual rujak di Natsepa, mengatakan dirinya sudah lebih dari 20 tahun berjualan di tempat itu.

Dan sejak dulu, dagangannya memang selalu laris manis, sampai-sampai bisa membuka cabang di jantung Kota Ambon. “Langganan saya banyak, bahkan istri Wakil Gubernur Maluku (Said Assagaff ) kalau beli rujak Natsepa kirim anak buahnya datang ke tempat saya,” ujar wanita tengah baya itu sambil menerangkan bahwa satu porsi rujaknya dibanderol dengan harga 7500 rupiah.

Selain terkenal karena rujaknya, Natsepa yang ada di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, juga memiliki salah satu pantai yang amat dibanggaan penduduk maluku.

Karena selain memiliki laut yang masih biru, keindahan lokasi ini dikawal hamparan pasir putih yang menyebar di sepanjang bibir pantai. Saking indahnya, bahkan dalam gelaran event maritim Sail Banda 2010 yang digelar Juli lalu, wilayah ini dijadikan sebagai tempat lomba perahu layar yang datang dari berbagai negara.

Selain dapat mengabadikan gambar di berbagai lokasi wisata alam, jangan lupakan pula beberapa monumen khas yang ada di jantung Kota Ambon. Salah satu yang menarik untuk dibahas adalah Gong Perdamaian Dunia yang ada di kawasan Lapangan Merdeka, Jalan Raya Pattimura, Ambon.

Seperti namanya, gong yang badannya ditempeli bendera-bendera dari seluruh negara di dunia ini merupakan simbol perdamaian yang pada November tahun lalu peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden SBY.

Dengan membayar tiket masuk sebesar 5.000 rupiah, Anda sudah bisa berfoto di bawahg gong besar yang diapit empat tiang unik itu. Selain bisa berfoto di bawah gong secara langsung, dari atas tangga gong perdamaian Anda juga bisa menyaksikan keindahan Kota Ambon yang posisinya pas menghadap ke Lapangan Merdeka.

Plus gedung Kantor Gubernur Maluku yang posisinya berada di belakangan lapangan luas tersebut. Dan jika Anda mau melangkahkan lebih jauh hingga menuju ujung Lapangan Merdeka, maka Anda berkesempatan untuk menyaksikan patung Pattimura, tokoh pahlawan yang menjadi kebanggaan penduduk Maluku.

Karena terletak di tengah lapangan, setiap sore banyak anak muda Ambon yang sengaja menghabiskan waktu untuk bersantai di lokasi ini.

Pulau Marsegu di Bagian Pulau Seram

Pulau Marsegu merupakan tempat wisata yang terletak di bagian barat Pulau Seram (Nusa Ina/Pulau Ibu) dan pulau ini terkenal memiliki Taman Nasional Manusela. Di Pulau Marsegu ini, kita dapat melihat satwa Kelelawar yang begitu banyak. Kata Marsegu berasal dari bahasa daerah yang berarti Kelelawar.
Pulau ini adalah sebagai tempat rekreasi dan tempat mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain satwa kelelawar, kita juga dapat menemui satwa-satwa yang dilindungi seperti Burung Gosong Megaphodius reinwardtii (Maleo) dan Kepiting Kelapa (Birgus latro) atau yang bahasa daerahnya disebut kepiting kenari.
Kawasan hutan lindung Pulau Marsegu mempunyai luas 240,20 Ha. Wilayah lautnya merupakan Taman Wisata Alam Laut seluas 10.000 Ha. Potensi sumber daya alam lautnya cukup besar, dan terdapat terumbu karang yang beraneka warna keindahannya. Namun pada bagian timur dari Pulau Marsegu terdapat vegetasi hutan pantai yang mempunyai pantai pasir putih sepanjang 1600 meter. Jenis vegetasi yang terdapat pada zone ini adalah Cordia subcordata, Pongamia pinnata, Terminalia catappa dan Baringtonia asiatica.
Sedangkan pada bagian utara pantai pasir putih terdapat zone Ipomea pescaprae yang didominasi oleh rumput angin (Spinifex littoreus) dan Katang-katang (Ipomea pescaprae). Lokasi ini merupakan tempat wisata yang menarik untuk menikmati pemandangan laut serta menghirup udara pantai yang segar.

Pantai Hukurila

pantaihukurila.jpgDesa Hukurila yang terletak sekitar 15 km kearah selatan dari pusat Kota Ambon, ternyata memliki obyek wisata bahari yang sangat indah. Ada dua lokasi wisata pantai (bahari) yang dapat menjadi tempat tujuan bagi warga kota yang hendak menikmati pemandangan alam atau berenang ketika mengisi waktu liburnya.

Kedua lokasi pantai tersebut bernama Tihulessy dan Waelaring. Pantai Tihulessy berada tepat sekitar wilayah pemukiman desa tersebut, sedangkan pantai Waelaring berada sekitar satu kilometer dari pusat desa. Namun keduanya masih berdekatan dan memiliki panorama tersendiri yang indah dan dapat dinikmati oleh para pengunjung. Apalagi kedua lokasi pantai ini berhadapan langsung dengan pandangan luas Laut Banda yang terkenal sebagai laut terdalam di Indonesia.

Keindahan alam kedua pantai yang belum terkontaminasi dengan pencemaran ini memungkinkan pengunjung untuk dapat menikmatinya. Baik untuk berenang, kegiatan piknik bersama keluarga hingga pemancingan. Disaat-saat liburan, kedua pantai ini banyak dikunjungi warga terutama yang berasal dari Kota Ambon.

Lokasi wisata pantai Tihulessy dan pantai Waelaring merupakan lokasi wisata yang sangat tepat bagi pengunjung yang ingin mendapatkan ketenangan dengan melihat pemandangan alam yang indah. Juga bagi mereka yang memiliki jiwa petualang ataupun memiliki hobi memancing dapat menyalurkannya disini. Warga setempat juga menyediakan berbagai kebutuhan terutama bagi pengunjung yang ingin memancing.

Morea Waai

moreawaai.jpg Morea dari Waai, begitulah masyarakat Kota Ambon sering menyebutkannya, serasa kurang lengkap ketika mengunjungi negeri yang terletak di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah ini, sebelum melihat hewan sejenis belut ini. Desa Waai yang terletak disekitar 30 km dari pusat Kota Ambon, ternyata menyimpan potensi alam yang dapat dikembangkan sebagai objek kunjungan wisata, selain keindahan bahari dan suasana pegunungan Salahutu, desa ini memiliki satu aset tradisional dan keunikan yang menarik untuk dikunjungi.

Kolam Wae Selaka, nama tempat tersebut, kolam ini memiliki air yang sangat jernih dan berada pada lereng perbukitan serta memiliki udara yang sangat sejuk dan segar sepanjang hari.
Suasana ini didukung dengan tumbuhnya pohon-pohon yang rindang dan lebat serta tanaman lainnya sehingga terasa sangat asri dilokasi ini. Di kolam Wae Selaka ini, hidup berbagai jenis ikan yang terus dipelihara oleh masyarakat setempat.

Selain itu, yang paling menarik dan dikenal yakni hidupnya puluhan bahkan ratusan ekor morea, hewan sejenis belut yang jinak dan dapat dikendalikan oleh pawangnya. Morea-morea ini hidup dalam goa-goa yang terdapat di sekitar kolam tersebut, mereka akan keluar ketika dipanggil oleh pawangnya. Tidak tanggung-tanggung, morea-morea ini memiliki ukuran hingga sebesar paha orang dewasa dengan panjang lebih satu meter, daya tarik pengunjung ketika datang ketempat ini hanya ingin menyaksikan bagaimana sang pawang memanggil keluar morea-morea ini dan memberi makan mereka dengan telur ayam.

Pengunjung juga diberi kesempatan untuk dapat memegang hewan yang terkenal licin ini, bahkan mengelus dan memberikannya makan. Dijamin, hewan ini tidak akan menggigit atau melukai para pengunjung yang berkeinginan untuk memegangnya, karena hewan ini adalah jinak.