Kamis, Desember 30, 2010

Sejarah Maluku


Maluku merupakan salah satu propinsi tertua dalam sejarah Indonesia merdeka, dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Secara historis kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai pulau-pulau tersebut. Oleh karena itu, diberi nama Maluku yang berasal dari kata Al Mulk yang berarti Tanah Raja-Raja. Daerah ini dinyatakan sebagai propinsi bersama tujuh daerah lainnya ? Kalimantan, Sunda Kecil, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera ? hanya dua hari setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun secara resmi pembentukan Maluku sebagai propinsi daerah tingkat I RI baru terjadi 12 tahun kemudian, berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 22 tahun 1957 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1958.

Lintasan Sejarah
Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kepulauan Maluku memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan. Kawasan kepulauan yang kaya dengan rempah-rempah ini sudah dikenal di dunia internasional sejak dahulu kala. Pada awal abad ke-7 pelaut-pelaut dari daratan Cina, khususnya pada zaman Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Namun mereka sengaja merahasiakannya untuk mencegah datangnya bangsa-bangsa lain kedaerah ini.
Pada abad ke-9 pedagang Arab berhasil menemukan Maluku setelah mengarungi Samudra Hindia. Para pedagang ini kemudian menguasai pasar Eropa melalui kota-kota pelabuhan seperti Konstatinopel. Abad ke-14 adalah merupakan masa perdagangan rempah-rempah Timur Tengah yang membawa agama Islam masuk ke Kepulauan Maluku melalui pelabuhan-pelabuhan Aceh, Malaka, dan Gresik, antara 1300 sampai 1400.
Pada abad ke-12 wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Maluku. Pada awal abad ke-14 Kerajaan Majapahit menguasai seluruh wilayah laut Asia Tenggara. Pada waktu itu para pedagang dari Jawa memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Dimasa Dinas Ming (1368 ? 1643) rempah-rempah dari Maluku diperkenalkan dalam berbagai karya seni dan sejarah. Dalam sebuah lukisan karya W.P. Groeneveldt yang berjudul Gunung Dupa, Maluku digambarkan sebagai wilayah bergunung-gunung yang hijau dan dipenuhi pohon cengkih ? sebuah oase ditengah laut sebelah tenggara. Marco Polo juga menggambarkan perdagangan cengkih di Maluku dalam kunjungannya di Sumatra.

Era Portugis
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d’Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat – seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama.
Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Era Belanda
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
Pada permulaan tahun 1800 Inggris mulai menyerang dan menguasai wilayah-wilayah kekuasaan Belanda seperti di Ternate dan Banda. Dan, pada tahun 1810 Inggris menguasai Maluku dengan menempatkan seorang resimen jendral bernama Bryant Martin. Namun sesuai konvensi London tahun 1814 yang memutuskan Inggris harus menyerahkan kembali seluruh jajahan Belanda kepada pemerintah Belanda, maka mulai tahun 1817 Belanda mengatur kembali kekuasaannya di Maluku.

Pahlawan
Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang diberi gelar Kapitan Pattimura, seorang bekas sersan mayor tentara Inggris.
Pada tanggal 15 Mei 1817 serangan dilancarkan terhadap benteng Belanda ”Duurstede” di pulau Saparua. Residen van den Berg terbunuh. Pattimura dalam perlawanan ini dibantu oleh teman-temannya ; Philip Latumahina, Anthony Ribok, dan Said Perintah.
Berita kemenangan pertama ini membangkitkan semangat perlawanan rakyat di seluruh Maluku. Paulus Tiahahu dan putrinya Christina Martha Tiahahu berjuang di Pulau Nusalaut, dan Kapitan Ulupaha di Ambon.
Tetapi Perlawanan rakyat ini akhirnya dengan penuh tipu muslihat dan kelicikan dapat ditumpas kekuasaan Belanda. Pattimura dan teman-temannya pada tanggal 16 Desember 1817 dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan, di Fort Niew Victoria, Ambon. Sedangkan Christina Martha Tiahahu meninggal di atas kapal dalam pelayaran pembuangannya ke pulau Jawa dan jasadnya dilepaskan ke laut Banda.
Era Perang Dunia Ke Dua
Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh , melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang.
Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan, untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di desa Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura).
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu propinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Propinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan colonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini ? bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik Maluku Selatan? (RMS).

Kota Ambon

Kota Ambon yang memiliki nama Internasional Amboina adalah ibu kota provinsi Maluku, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 377 km² dan berpenduduk sebanyak 206.210 jiwa (2000). Berdiri antara tahun 1500-an setelah kedatangan bangsa Portugis.

Kota Ambon yang dipimpin oleh walikota Markus Jacob Papilaja dibagi atas 5 kecamatan, yaitu:
* Kecamatan Nusaniwe
* Kecamatan Sirimau
* Kecamatan Leitimur Selatan
* Kecamatan Baguala
* Kecamatan Teluk Ambon
Suku Bangsa
Terdapat banyak suku dan ras yang mendiami kota ini. Diantaranya adalah Arab, Buton (yang telah menetap hingga 5 generasi), Tionghoa yang pada mulanya datang untuk berdagang. Disamping itu terdapat pula Suku Minahasa, Jawa dan sebagian besar adalah Suku Alifuru yang merupakan penduduk asli Maluku. Dahulu kala, kota Ambon termasyur hingga keseluruh dunia dan menjadikan kota ini sebagai tempat tujuan bagi berbagai Kerajaan Eropa yang sedang melakukan eksplorasi. Tidak mengherankan bila banyak penduduk Ambon yang memiliki raut wajah yang mirip seperti orang Eropa dan Arab (sebagai akibat dari perkawinan campur para pendahulu mereka dimasa lalu) disamping denominasi dari ras Melanesia yang merupakan ras asli penduduk Ambon.

Lokasi wisata & Peninggalan sejarah
* Patung Pattimura, di Lapangan Merdeka
* Patung Martha Christina Tiahahu, di Karang Panjang
* Tugu Dolan, di Kudamati
* Tugu Trikora, di Urimesing
* Taman Makam Pahlawan PD II-Australia, di Tantui
* Monumen Australia, di Laha
* Monumen Jepang, di Tawiri
* Patung Franciscus Xaverius, di Batumeja
* Fort Victoria, di Belakang Kota
* Monumen Rumphius, di Batu Meja
* Museum Siwalima, di Taman Makmur
* Pantai Namalatu, di Latuhalat
* Pantai Natsepa Indah, di Natsepa
* Pantai Santai, di Latuhalat
* Tanjung, di Tanjung Nusaniwe
* Pintu Kota, di Airlow
* Pantai Desa Hukurila
* Tempayang, di Soya
* Gong Perdamaian Dunia
* Goa Batu Lobang, di Ds. Amahusu
* Bunker/Terowongan bawah tanah V.O.C., di Benteng Atas
* Puing kapal pengangkut Barang peninggalan Belanda/Portugis, di dasar perairan laut Waiyame
Berdasarkan fakta sejarah dan hasil kajian yang dilakukan para ahli dan Universitas Pattimura, cikal bakal lahirnya Kota Ambon dimulai dari Benteng/Kasteel Nieuw Victoria, yang terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri. Pada tahun 1575, saat dibangunnya Benteng Portugis (oleh Sancho Vanconcelos) di Pantai Honipopu, yang disebut Benteng Kota Laha atau Ferangi, kelompok-kelompok masyarakat kemudian mendiami sekitar benteng. Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai Kepulauan Maluku dan Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut lantas menjadi pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda sekaligus mengontrol jalur perdagangan melalui badan perdagangannya VOC dan benteng itu diubah namanya menjadi Nieuw Victoria yang dikenal sampai saat ini. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut kemudian dikenal dengan nama soa Ema, Soa Kilang, Soa Silale, Hative, Urimessing dan sebagainya. Kelompok-kelompok masyarakat inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kota Ambon. Dalam perkembangannya, kelompok-kelompok masyarakat tersebut telah berkembang menjadi masyarakat Ginekologis territorial yang teratur. Karena itu, tahun 1575 dikenal sebagai tahun lahirnya Kota Ambon. Hingga tahun 2009, kota Ambon telah genap berusia 433 tahun (4 abad).

Letak Dan Batas Wilayah
Letak Kota Ambon berada sebagian besar dalam wilayah pulau Ambon, dan secara geografis terletak pada posisi: 3o-4o Lintang Selatan dan 128o-129o Bujur Timur, dimana secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:
* Sebelah Utara dengan:
Petuanan Desa Hitu, Hila, Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (To the North by the territory of Hitu, Hila and Kaitetu Villages, District of Leihitu, Regency of Central Moluccas)
* Sebelah Selatan dengan:
Laut Banda (To the South by Banda Sea)
* Sebelah Timur dengan:
Petuanan Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (To the east by the territory of Suli Village, District of Salahutu, Regency of Central Moluccas)
* Sebelah Barat dengan:
Petuanan Desa Hatu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (To the West by the territory of Hatu Village, District of Leihitu, regency of Central Moluccas)
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau Ambon di kelilinggi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh masa pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.

Tips ke Pantai Natsepa


  • Hotel sangat terbatas, terutama yang dekat pantai. Tapi, kalau sekadar pondok penginapan ada di sekitar lokasi. Untuk hotel berbintang setidaknya ada tiga yang layak dipertimbangkan yakni Hotel Amans, Aston Natsepa dan Swiss Belhotel. Yang paling dekat pantai adalah Hotel Aston Natsepa.
  • Pengunjung bisa memesan permainan kepada pengelola pantai. Contohnya, permainan bambu gila. Permainan khas Maluku ini terkait dengan kekuatan suprantural yang bisa membuat bambu menjadi berat bagi pembawanya.
  •  Jangan berenang terlalu ke tengah saat musim angin barat atau hujan. Pada musim ini, ombaknya cukup besar.
  • Bawa perlengkapan seperlunya, terutama kamera untuk mengabadikan keindahan pantai-pantai di Ambon yang tiada duanya. 
  •  Dari Kota Ambon menuju Pantai Natsepa melalui jalan darat sekitar 30menit melalui daerah Batu Merah, Tantui, Kapaha, Galala, Halong, Lata, Lateri, Passo, Waitatiri, dan Wayari. Kendaraan umum sudah tersedia dan ongkosnya cukup Rp3.500 dari Pasar Mardika.
  •  Selain Pantai Natsepa untuk menuju Pantai Hunimua atau Liang bisa dicapai dengan berkendara ke arah timur, melewati Tulehu dan Wai sekitar 30 menit.

Minggu, November 28, 2010

Eksistensi Sasi di Maluku

Jauh sebelum orang-orang secara global membahas pentingnya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, masyarakat Maluku sudah menerapkannya sejak lama. Melalui hukum adat sasi yang diwariskan turun-temurun dari leluhur, orang Maluku dengan sendirinya telah menjaga kelestarian lingkungan.Konon sasi telah diberlakukan sejak tahun 1600an.
Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumberdaya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya hayati (hewani maupun nabati) alam tersebut. Oleh karena peraturan-peraturan dalam pelaksanaan larangan ini juga menyangkut pengaturan hubungan manusia dengan alam dan antar manusia dalam wilayah yang dikenakan larangan tersebut, maka sasi pada hakekatnya juga merupakan suatu upaya untuk memelihara tata-krama hidup bermasyarakat, termasuk upaya ke arah pemerataan pembagian atau pendapatan dari hasil sumberdaya alam sekitar kepada seluruh warga/penduduk setempat.
Salah satu bentuk sasi yang paling menarik dan paling unik di Maluku adalah sasi ikan lompa dari Pulau Haruku.Jenis sasi ini hanya terdapat di Pulau Haruku. Lebih unik lagi karena sasi ini sekaligus merupakan perpaduan antara sasi laut dengan sasi kali.

Setelah ikan lompa yang dilindungi cukup besar dan siap untuk dipanen (sekitar 5-7 bulan setelah terlihat pertama kali),maka serangkaian upacara adat pun dilakukan, seperti makan patita dan kemudian membakar api unggun di muara kali Learisa Kayeli dengan tujuan untuk memancing ikan ikan lompa lebih dini masuk ke dalam kali sesuai dengan perhitungan pasang air laut. Biasanya, tidak lama kemudian, gerombolan ikan lompa pun segera berbondong-bondong masuk ke dalam kali. Pada saat itu, masyarakat sudah siap memasang bentangan di muara agar pada saat air surut ikan-ikan itu tidak dapat lagi keluar ke laut.


Tepat pada saat air mulai surut, pemukulan tipa pertama dilakukan sebagai tanda bagi para warga, tua-muda, kecil-besar, semuanya bersiap-siap menuju ke kali. Tifa kedua dibunyikan sebagai tanda semua warga segera menuju ke kali. Tifa ketiga kemudian menyusul ditabuh sebagai tanda bahwa Raja, para Saniri Negeri, juga Pendeta, sudah menuju ke kali dan masyarakat harus mengambil tempatnya masing-masing di tepi kali.


Memang sasi sangat berperan untuk mengatasi degradasi lingkungan seperti di Pulau Haruku. Namun Perusakan lingkungan (habitat) terumbu karang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab semakin gencar dilakukan. Walaupun masyarakat telah mengupayakan berbagai langkah, namun semua itu bagai membuang garam di laut. Alhasil, mungkinkah rakyat kecil yang sederhana dan awam ini tidak mampu menembusi dinding-dinding birokrasi ? Entahlah..

"SEJARAH PATIMURA DI PALSUKAN OLEH NEGARA"


Sejarah THOMAS MATULESY atau PATIMURA sangat terkenal dalam sejarah Maluku , tetapi sayang dibalik sayang dipalsukan oleh SEJARAH INDONESIA menurut pemikiran orang(2) JAWA dan INDO .



Peperangan yang pertama adalah SILIHATA yang dikepalai oleh LESAAMA - LELEHUE - MAOKY dari pulau SERAM menentang kaum penjajah PORTOGIS dan BELANDA untuk mempertahankan DATI PUSAKA MALUKU ALIFURU . Pertahanan ini TIDAK DAPAT dikalahkan oleh penjajah , sehingga Portogis mencari jalan dengan siasat/ taktik damai melalui agama , sesudah itu , mereka menangkap /menahan beberapa anak Alifuru dan dijadikan sebagai anak(2) angkat Portogis , seperti de Fretes , de Lima , de Costa , dan de Quelgue dan lain(2)nya .

Sebenarnya mereka(2) ini adalah anak(2) asli dari keturunan URUMESENG dari NUSA-INA ( SERAM ) datang ke NUSA-INA-ANAI ( AMBOINA / AMBON ) . Maka melalui anak(2) angkat ini , Portogis memakai mereka ini dengan suatu siasat untuk mengadakan hubungan dengan UPU-AMA-LATU -PATI-WASI ( Bapa raja hutan ) untuk dapat menangkap semua penguasa(2) DATI PUSAKA bangsa Maluku ALIFURU di gunung / hutan .



Dari sejarah ini , muncul / timbullah harsrat , keinginan serta martabat sebagai seorang anak ALIFURU untuk menentang penipuan , perampas(2) hak(2) milik yang dinamakan DATI PUSAKA bangsa Maluku / Alifuru .



Sementara politik Portogis ini berjalan melalui anak(2) angkat untuk menguasai wilayah Kerajaan besar NUNUSAKU maka Portogis sendiri mempunyai suatu rencana jahat untuk dapat menguasai semua perdagangan hasil(2) bumi Maluku yang terkenal dengan REMPAH(2) , CENGKEH , PALA dan semua hasil laut serta alam Maluku.



Oleh karena perdagangan REMPAH(2) ini sudah terkenal didunia khususnya di EROPA , maka datanglah bangsa(2) lain seperti Belanda , maka terjadilah suatu peperangan besar yang namanya perang " HONGI " , antara POTOGIS dan BELANDA sehingga menimbulkan pengorbanan bagi anak(2) bangsa Maluku Alifuru .



Dengan adanya peperangan ini , maka Belanda juga meniru taktik / strategi Portogis yaitu untuk menguasai kekuasaan dan perdagangan dibumi Maluku dengan suatu siasat yang sama " ANAK ANGKAT " , yaitu seperti van hauten , hogendorof , jansen , crikof , hendriks dan lain(2)nya . Maka dengan segala tipu daya dari kaum penjajah Portogis dan Belanda inilah , mengakibatkan suatu PERANG SAUDARA GANDONG antara anak(2) angkat pro Portogis dan anak(2) angkat pro Belanda .

Dari siasat kolonial / penjajah Portogis dan Belanda inilah yang terus dipakai oleh penjajah INDONESIA -JAWA yang selama ini ; memperkosa , memalsukan , sejarah yang benar, bersih dan suci . Inilah sebagai suatu contoh kepada semua anak(2) bangsa Maluku / Alifuru dibumi ciptaan ALLAH bagi yang SARANI maupun SALAM .



Maka timbullah kesadaran ini oleh pimpinan LOHASAMA-MATULESY -KAPITAN PATI MURA -AMA - KABARESI satu(2)nya dari tentara Portogis menentang penjajahan Belanda untuk BANGSA MALUKU ALIFURU bukan untuk bangsa INDO atau INDONESIA -JAWA .

Sabtu, November 27, 2010

Steering Comitte Sister City Darwin-Ambon Koordinasikan Program DAYR 2011

AMBON-HUMAS, Kerjasama Sister City antara kota Darwin, Australia dan Kota Ambon yang identik dengan event Darwin-Ambon Yacht Race (DAYR) telah membawa dampak yang besar, utamanya bagi pulihnya citra daerah ini di mata dunia, yang secara tidak langsung turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini disampaikan Wakil Walikota (Wawali) Ambon, Dra. Olivia Latuconsina, MP usai menerima kunjungan ketua Steering Comitte Sister City Darwin-Ambon, Rick Setter, Kamis (25/11) di Balai Kota. “Lewat event DAYR yang sudah berjalan kembali selama 4 tahun sejak dihentikan karena kondisi keamanan di kota Ambon, ternyata banyak dampak positifnya. Tidak sekedar ada kegiatan yacht race saja tetapi juga mempublikasikan kepada pihak luar bahwa kota Ambon sudah sangat nyaman di datangi oleh siapa saja,” jelasnya.
Wawali menjelaskan pertemuannya dengan Setter adalah untuk membicarakan berbagai program terkait dengan persiapan DAYR di tahun 2011, sebagai tindak lanjut atas pertemuan Walikota Darwin, Graeme Sawyer dan Walikota Ambon, Drs.M.J Papilaja, MS di Ambon beberapa waktu lalu.
Event tahunan ini, tutur wawali, dapat memberikan kontribusi positif bukan saja bagi pemerintah kota Darwin tetapi juga bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon karena kedepan akan diikuti dengan kegiatan lainnya, yakni program kerjasama di bidang pendidikan maupun bidang seni-budaya.
Dirinya mengakui, Setter dan pemerintah kota Darwin telah menunjukan komitmen untuk terus mempromosikan kota Ambon kepada dunia internasional lewat DAYR, karena hal itu adalah bagian dari kerjasama Sister City antara Darwin-Ambon yang sudah terjalin sejak lama.
“Kerjasama kita di bidang pendidikan adalah program pertukaran pelajar. Jadi nantinya ada satu guru dan dua siswa SMA di kota Ambon yang dikirim ke Darwin. Selain itu dibidang seni budaya, akan digelar Festival Kesenian Ambon di Darwin selama satu minggu menjelang dimulainya DAYR, pada 22 Juli 2011 mendatang. Kegiatan ini diproyeksikan steering comite sebagai wahana promosi seni dan budaya Ambon,” ujar wawali.
Secara kebetulan Event tahunan DAYR tahun 2011 digelar bersamaan dengan kegiatan yacht race lainnya yaitu Sail Indonesia yang juga dimulai dari kota Darwin, menyikapi hal ini wawali berharap kedua event ini tidak saling berbenturan dan tidak harus mengorbankan salah satunya. Karena apabila kedua event ini bisa dimanage dengan baik akan dapat berjalan secara berkesinambungan.
“Ini artinya harus ada koordinasi yang sinergis antara Pemerintah Provinsi Maluku dan kota Ambon dalam mengapresiasi event yacht race ini. Dimana kita melihat bahwa ambon akirnya sudah bisa menciptakan hal yang positif melalui DAYR, sehingga event lain harus berjalan beriringan tidak boleh saling intervensi tapi semua itu diatur sebagai agenda pariwisata provinsi maluku ke depan,” bebernya.
Akhirnya wawali berharap, semua pihak dapat memahami bahwa setiap event pariwisata yang digelar di kota ini akan menjadikan ambon sebagai gateway dalam mempromosikan Maluku secara total, yang berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Cara gabungkan blog di facebook

Situs jejaring sosial dan blog merupakan fasilitas di Internet yang saling terkait. Situs jejaring sosial menjadi alat untuk saling menghubungkan diri dengan kerabat, sementara blog merupakan media untuk menyalurkan segala ide, pendapat, atau apapun yang ada di benak Anda. Keduanya saling terkait karena dengan menggabungkan keduanya, Anda bisa mempublikasikan pendapat atau pikiran Anda ke rekan-rekan.Dengan Simplaris Blogcast, Anda bisa mempublikasikan blog Anda ke Facebook. Inilah cara menggunakannya:
  1. Buka browser, akses Facebook, dan login ke akun Anda.
  2. Di kolom pencarian di pojok kanan atas halaman utama akun Anda, ketikkan “simplaris blogcast”.
  3. Setelah aplikasi ditemukan, klik link nama aplikasi.
  4. Di halaman utama aplikasi, klik tombol Go to Application/Ke Aplikasi.
  5. Masukkan alamat feed blog Anda di kolom Blog Feed URL.
  6. Lanjutkan dengan mengklik tombol Lets Blogcast.
  7. Setelah tombol Lets Blogcast! Ditekan, akan muncul tampilan tanpa ada isi feed atau artikel. Silakan klik link update. Blogcast akan memeriksa isi blog Anda.
  8. Untuk melakukan pengaturan, masuklah ke menu Settings. Di menu Settings ini Anda dapat mengatur apakah update akan dilakukan secara otomatis atau tidak, juga dapat dilakukan pengaturan nama blog, panjang post yang ditampilkan, dan sebagainya.
  9. Tekan Save untuk menyimpan seting yang telah Anda atur. Kini halaman Facebook Anda akan diisi dengan postingan-postingan yang Anda buat di blog.

Selamat ngeblog di facebook