Halaman

Zigel Photo's Slide

Tampilkan postingan dengan label Maluku News. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Maluku News. Tampilkan semua postingan

Jumat, Januari 21, 2011

Menyambangi “Pintu Kota” Ambon Manise

  Menginjakkan kaki di bumi Pulau Rempah dijamin akan membawa kesan tersendiri bagi jiwa petualang Anda. Sebab kota yang memiliki luas 377 km² ini memiliki banyak titik wisata yang sayang untuk dilewatkan.

Namun, karena memiliki suhu udara kurang bersahabat di saat siang (baca: panas sekali) ada baiknya Anda tidak menggunakan pakaian tebal saat bertandang ke Ambon.

Berjalan-jalan keliling kota menikmati wisata kuliner yang banyak tersedia di Ambon dengan menggunakan pakaian tipis dan nyaman adalah pilihan terbaik yang kami sarankan.

Plus, jangan lupa mengenakan krim pelembab agar kulit Anda yang halus tidak terbakar hingga menghitam. Jika Anda tidak tertarik menggunakan jasa rental mobil selama berkeliling Ambon, jangan khawatir karena banyak pilihan moda siap mengantar Anda untuk sampai ke tujuan.

Layaknya Yogyakarta, bagi yang senang berkendara dengan becak, kendaraan roda dua itu banyak wara-wiri di jalanjalan utama kota. Soal harga, bisa dinego, asal Anda pintar mengambil hati “sang pilot” yang pasti bersedia menurunkan harga sambil melempar senyum manisnya.

Selain becak, ada pula pilihan motor sewa alias ojek, yang bisa dengan lebih cepat mengantar Anda jalan-jalan. Atau jika Anda tidak keberatan naik-turun kendaraan, maka pilihan angkutan kota warna hijau pupus yang mondar-mandir dari terminal Mardika tentu bisa jadi pilihan yang murah meriah.

Pasca kerusuhan yang sempat membuat Ambon menjadi kota mati, kini pemerintah kota setempat berusaha kembali membangun kota itu dari sektor kelautan-perikanan dan wisata.

Dan salah satu objek wisata yang terkenal di kota Ambon adalah Pintu Kota. Meski namanya terkesan layaknya sebuah gerbang atau gapura, Pintu Kota sebenarnya adalah sebuah karang raksasa yang menjorok dari pantai ke laut dan memiliki lubang besar di bawahnya.

Karena bolong, sekilas strukturnya membentuk sebuah gerbang yang bisa kita lewati untuk sekadar mengambil foto. Sayangnya, pada saat air pasang, lubang besar itu tertutup, jadi semoga saja ketika Anda bertandang ke sana, pintu sang karang sedang terbuka.

Pintu Kota terletak di perbatasan Desa Airlow dan Sri yang dapat ditempuh kendaraan pribadi dengan lama perjalanan kurang lebih satu jam dari Kota Ambon. Selain menjual pemandangan karang berbentuk gapura, lokasi ini juga memiliki anak tangga yang menyediakan spot bagi para wisatawan yang ingin mengabadikan keindahan lokasi itu dari atas.

Meski membutuhkan usaha yang cukup besar untuk menaiki jajaran anak tangga yang cukup tinggi, suguhan lanskap yang disajikan di atas karang Pintu Kota luar biasa. Bagi Anda yang pernah mengunjungi Uluwatu di Bali, maka pemandangan di atas Pintu Kota kami jamin tak kalah indah.

Karenanya, jangan sampai lupa membawa kamera jika datang ke tempat ini karena banyak titik yang bagus untuk dijadikan lokasi berfoto. Uniknya, dalam perjalanan menuju Pintu Kota, di pinggir jalan Anda berkesempatan melihat tulisan Hollywood layaknya yang ada di Los Angeles, Amerika Serikat.

Ya, meski tidak memiliki industri perfilman, Ambon juga memiliki tulisan khas “kerajaan” para kreator sinema dunia tersebut. Meski indah untuk diabadikan, sayangnya tulisan Hollywood lokal ini berada di bibir pantai, sehingga sulit bagi wisatawan yang ingin berfoto di bawah tulisan itu secara utuh.

Namun, untuk hanya dapat memotret tulisan itu secara penuh (tanpa gambar kita di bawahnya), Anda bisa berhenti sejenak di pinggir jalan persis di seberang lokasi tulisan besar itu berada.

Keindahan Natsepa “Belum ke Ambon kalau belum menjajal rujak Natsepa,” demikian ujar penduduk lokal berkelalar pada para wisatawan yang datang. Disebut demikian, karena memang rujak di Natsepa terkenal lezat, bahkan hingga ke luar pulau.

Maka tak heran jika kemudian banyak turis asing yang datang ke Ambon, begitu sampai langsung minta diantar ke Natsepa guna mencicipi olahan buah-buah segar plus bumbu kacang itu.

Beda dengan rujak di tempat lain, gula merah yang digunakan didatangkan langsung dari Makassar, dan kacangnya adalah kacang pilihan yang memiliki bentuk besar-besar, namun empuk saat bersentuhan dengan gigi.

Ditambah buah-buahan segar yang dihasilkan penduduk setempat, maka lahirlah ulahan kuliner rujak yang menggiurkan. Mona, seorang penjual rujak di Natsepa, mengatakan dirinya sudah lebih dari 20 tahun berjualan di tempat itu.

Dan sejak dulu, dagangannya memang selalu laris manis, sampai-sampai bisa membuka cabang di jantung Kota Ambon. “Langganan saya banyak, bahkan istri Wakil Gubernur Maluku (Said Assagaff ) kalau beli rujak Natsepa kirim anak buahnya datang ke tempat saya,” ujar wanita tengah baya itu sambil menerangkan bahwa satu porsi rujaknya dibanderol dengan harga 7500 rupiah.

Selain terkenal karena rujaknya, Natsepa yang ada di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, juga memiliki salah satu pantai yang amat dibanggaan penduduk maluku.

Karena selain memiliki laut yang masih biru, keindahan lokasi ini dikawal hamparan pasir putih yang menyebar di sepanjang bibir pantai. Saking indahnya, bahkan dalam gelaran event maritim Sail Banda 2010 yang digelar Juli lalu, wilayah ini dijadikan sebagai tempat lomba perahu layar yang datang dari berbagai negara.

Selain dapat mengabadikan gambar di berbagai lokasi wisata alam, jangan lupakan pula beberapa monumen khas yang ada di jantung Kota Ambon. Salah satu yang menarik untuk dibahas adalah Gong Perdamaian Dunia yang ada di kawasan Lapangan Merdeka, Jalan Raya Pattimura, Ambon.

Seperti namanya, gong yang badannya ditempeli bendera-bendera dari seluruh negara di dunia ini merupakan simbol perdamaian yang pada November tahun lalu peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden SBY.

Dengan membayar tiket masuk sebesar 5.000 rupiah, Anda sudah bisa berfoto di bawahg gong besar yang diapit empat tiang unik itu. Selain bisa berfoto di bawah gong secara langsung, dari atas tangga gong perdamaian Anda juga bisa menyaksikan keindahan Kota Ambon yang posisinya pas menghadap ke Lapangan Merdeka.

Plus gedung Kantor Gubernur Maluku yang posisinya berada di belakangan lapangan luas tersebut. Dan jika Anda mau melangkahkan lebih jauh hingga menuju ujung Lapangan Merdeka, maka Anda berkesempatan untuk menyaksikan patung Pattimura, tokoh pahlawan yang menjadi kebanggaan penduduk Maluku.

Karena terletak di tengah lapangan, setiap sore banyak anak muda Ambon yang sengaja menghabiskan waktu untuk bersantai di lokasi ini.

Pulau Marsegu di Bagian Pulau Seram

Pulau Marsegu merupakan tempat wisata yang terletak di bagian barat Pulau Seram (Nusa Ina/Pulau Ibu) dan pulau ini terkenal memiliki Taman Nasional Manusela. Di Pulau Marsegu ini, kita dapat melihat satwa Kelelawar yang begitu banyak. Kata Marsegu berasal dari bahasa daerah yang berarti Kelelawar.
Pulau ini adalah sebagai tempat rekreasi dan tempat mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain satwa kelelawar, kita juga dapat menemui satwa-satwa yang dilindungi seperti Burung Gosong Megaphodius reinwardtii (Maleo) dan Kepiting Kelapa (Birgus latro) atau yang bahasa daerahnya disebut kepiting kenari.
Kawasan hutan lindung Pulau Marsegu mempunyai luas 240,20 Ha. Wilayah lautnya merupakan Taman Wisata Alam Laut seluas 10.000 Ha. Potensi sumber daya alam lautnya cukup besar, dan terdapat terumbu karang yang beraneka warna keindahannya. Namun pada bagian timur dari Pulau Marsegu terdapat vegetasi hutan pantai yang mempunyai pantai pasir putih sepanjang 1600 meter. Jenis vegetasi yang terdapat pada zone ini adalah Cordia subcordata, Pongamia pinnata, Terminalia catappa dan Baringtonia asiatica.
Sedangkan pada bagian utara pantai pasir putih terdapat zone Ipomea pescaprae yang didominasi oleh rumput angin (Spinifex littoreus) dan Katang-katang (Ipomea pescaprae). Lokasi ini merupakan tempat wisata yang menarik untuk menikmati pemandangan laut serta menghirup udara pantai yang segar.

Pantai Hukurila

pantaihukurila.jpgDesa Hukurila yang terletak sekitar 15 km kearah selatan dari pusat Kota Ambon, ternyata memliki obyek wisata bahari yang sangat indah. Ada dua lokasi wisata pantai (bahari) yang dapat menjadi tempat tujuan bagi warga kota yang hendak menikmati pemandangan alam atau berenang ketika mengisi waktu liburnya.

Kedua lokasi pantai tersebut bernama Tihulessy dan Waelaring. Pantai Tihulessy berada tepat sekitar wilayah pemukiman desa tersebut, sedangkan pantai Waelaring berada sekitar satu kilometer dari pusat desa. Namun keduanya masih berdekatan dan memiliki panorama tersendiri yang indah dan dapat dinikmati oleh para pengunjung. Apalagi kedua lokasi pantai ini berhadapan langsung dengan pandangan luas Laut Banda yang terkenal sebagai laut terdalam di Indonesia.

Keindahan alam kedua pantai yang belum terkontaminasi dengan pencemaran ini memungkinkan pengunjung untuk dapat menikmatinya. Baik untuk berenang, kegiatan piknik bersama keluarga hingga pemancingan. Disaat-saat liburan, kedua pantai ini banyak dikunjungi warga terutama yang berasal dari Kota Ambon.

Lokasi wisata pantai Tihulessy dan pantai Waelaring merupakan lokasi wisata yang sangat tepat bagi pengunjung yang ingin mendapatkan ketenangan dengan melihat pemandangan alam yang indah. Juga bagi mereka yang memiliki jiwa petualang ataupun memiliki hobi memancing dapat menyalurkannya disini. Warga setempat juga menyediakan berbagai kebutuhan terutama bagi pengunjung yang ingin memancing.

Morea Waai

moreawaai.jpg Morea dari Waai, begitulah masyarakat Kota Ambon sering menyebutkannya, serasa kurang lengkap ketika mengunjungi negeri yang terletak di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah ini, sebelum melihat hewan sejenis belut ini. Desa Waai yang terletak disekitar 30 km dari pusat Kota Ambon, ternyata menyimpan potensi alam yang dapat dikembangkan sebagai objek kunjungan wisata, selain keindahan bahari dan suasana pegunungan Salahutu, desa ini memiliki satu aset tradisional dan keunikan yang menarik untuk dikunjungi.

Kolam Wae Selaka, nama tempat tersebut, kolam ini memiliki air yang sangat jernih dan berada pada lereng perbukitan serta memiliki udara yang sangat sejuk dan segar sepanjang hari.
Suasana ini didukung dengan tumbuhnya pohon-pohon yang rindang dan lebat serta tanaman lainnya sehingga terasa sangat asri dilokasi ini. Di kolam Wae Selaka ini, hidup berbagai jenis ikan yang terus dipelihara oleh masyarakat setempat.

Selain itu, yang paling menarik dan dikenal yakni hidupnya puluhan bahkan ratusan ekor morea, hewan sejenis belut yang jinak dan dapat dikendalikan oleh pawangnya. Morea-morea ini hidup dalam goa-goa yang terdapat di sekitar kolam tersebut, mereka akan keluar ketika dipanggil oleh pawangnya. Tidak tanggung-tanggung, morea-morea ini memiliki ukuran hingga sebesar paha orang dewasa dengan panjang lebih satu meter, daya tarik pengunjung ketika datang ketempat ini hanya ingin menyaksikan bagaimana sang pawang memanggil keluar morea-morea ini dan memberi makan mereka dengan telur ayam.

Pengunjung juga diberi kesempatan untuk dapat memegang hewan yang terkenal licin ini, bahkan mengelus dan memberikannya makan. Dijamin, hewan ini tidak akan menggigit atau melukai para pengunjung yang berkeinginan untuk memegangnya, karena hewan ini adalah jinak.

Kamis, Desember 30, 2010

Teluk Ambon Di Waktu Senja

Kawan-kawan kompasianer yang belum pernah ke Ambon, sejenak mari kita mengenali keindahan alam Kepulauan Maluku, dan khususnya pulau Ambon. Meskipun sudah banyak penulisan ttg wisata kepulauan Maluku , tapi kami sebagai orang Ambon tidak bosan-bosannya mengenalkan Maluku, karena masih banyak yang blm mengenal lebih dekat Ambon-Maluku . Ambon adalah kota dengan gugusan pulau yang memberikan karakteristik khas karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari perbukitan, pesisir pantai, dan kelautan. Karakteristik ini memberikan peluang adanya banyak potensi alam yang dapat dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata pantai, wisata bahari termasuk potensi wisata bawah laut, karena daerah dengan luas wilayah lautnya besar tentu menyimpan beribu-ribu kekayaan alam.

Selain memiliki karakteristik wisata pantai yang menampakkan ciri khas Ambon sebagai kota kepulauan, juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang cukup tinggi. Wujud warisan sejarah dan budaya fisik yang sampai saat ini dapat dilihat antaranya yaitu gedung-gedung ibadah, tempat-tempat pemakaman, rumah-rumah raja, bentuk-bentuk patung yang terkait dengan kepercayaan dan kepahlawanan, monument perjuangan dan benteng-benteng.

Daya tarik wisata yang dimiliki Kota Ambon hampir sebagian besar di dominasi oleh wisata pantai, hal ini tidak luput dari kondisi fisik Kota Ambon yang sebagian besar di kelilingi oleh perairan dan teluk, seperti Laut Banda, Teluk Ambon, Teluk Dalam dan Teluk Baguala. Dengan adanya potensi perairan dan teluk serta di tunjang dengan kondisi alam yang menawarkan keindahan alam, tentunya Kota Ambon ini mempunyai potensi besar untuk dikemkembang kan dalam sektor pariwisata. Beberapa lokasi yang memiliki potensi wisata (alami dan buatan) yang kini dijadikan sebagai Objek Wisata di Ambon adalah : Museum Siwa Lima, Commonwealth War Cemetery, Monumen Pattimura, Martha Christina Tiahahu, Puncak Gunung Sirimau, Pantai Natsepa, Pantai Hunimua, Kolam Waiselaka, P.Pombo, Pantai Namalatu dll masih banyak lagi.

Untuk datang ke Ambon tidak susah, dari Jakarta dengan Batavia atau lion langsung Ambon dg waktu 3 jam 15 mnit, ada juga yang singgah Makasar atau Surabaya,(lion,sriwijaya dan Batavia) dan mulai 3 Juni Garuda juga akan masuk ambon dlm rangka menyukseskan Sail Banda 2010.
Ambon menjadi tuan rumah Sail Banda 2010, even bahari terbesar di Indonesia dan berkelas internasional.
Sebagian besar kegiatan Sail Banda akan digelar di Kota Ambon. Misalnya olahraga perairan, seminar-seminar internasional, tempat berkumpulnya pemuda seluruh Indonesia yang dikenal dengan pemuda Nusantara.Sementara di Banda, hanya digelar beberapa kegiatan saja seperti lomba perahu layar. Namun, perahu layar itu juga akan menyinggahi Kota Ambon.Selain itu, juga akan digelar operasi Suraya Bhaskara Jaya yang akan diikuti personil TNI Angkatan Laut (AL), Royal Singapore Navy (RSN), Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM), United States Navy (USN) dan Royal Navy Inggris

Oleh-Oleh (Makanan Ringan) Khas Ambon


Pernah nyobain makanan khas Maluku? Nah, ini dia kue kering khas Maluku. Di Pasar Mardika di kota Ambon, berjejer toko-toko penjual kue-kue kering khas Maluku.
Pilihan kuenya cukup banyak. Sebagian besar kue itu, saat digigit akan kletak-kletuk, kres!
Ya, kue khas Maluku memang agak keras karena dibuat dari tepung sagu. Contohnya, kue bagea dan serut.
Bagea biasanya berbentuk agak bulat. Warnanya krem pucat. Pertama kali menggigitnya, terasa berat. Kletak!

Begitu juga dengan kue serut yang berwarna coklat dan lonjong. Kue serut rasanya manis dan mirip kue bangket jahe di Jawa.
Selain tepung sagu, kenari juga banyak dijadikan kue. Misalnya, roti kenari. Bentuknya roti kering manis yang ditaburi kenari di atasnya.
Lalu, ada makron. Bentuknya mirip kue kering cokelat chips. Kedua kue ini rasanya tidak sekeras bagea dan serut. Namun, tetap kres, kres.
Mau coba cemilan lain? Ada sagu tuni, halua kenari, dodol durian, kacang kenari, dan sebagainya.
Kalau makanan berat Maluku, justru sebaliknya. Terasa ringan alias empuuuk… Terutama, makanan pokoknya. Ada papeda, kasbi, dan patatas.
Sayangnya, warung atau restoran yang menjual makanan itu tidak banyak. Jadi, jika tidak ada di kota Ambon, mampir saja ke desa lain. Misalnya, ke Tulehu.
Papeda yang seperti lem sangat kental. Rasanya tawar. Cara makannya bisa diseruput atau bisa juga dengan sendok. Sebelum diseruput, diberi kuah dulu. Paling cocok dengan kuah kuning.

Kalau patatas itu ubi, kasbi itu singkong. Keduanya direbus. Lalu, disantap bersama gudangan atau urap. Lauknya aneka ikan, seperti ikan kuah kuning dan ikan mata bulan.
Belum pernah makan ikan dan sayur pakai ubi dan singkong? Makanya, wajib coba!
Jangan lupa pesan colo-colo, sambal khas Maluku. Inilah yang bikin tambah lezat.
Sambal ini campuran irisan bawang merah, cabe rawit, tomat, dan perasan jeruk lemon atau jeruk nipis. Wiii… rasanya segar, asam, pedas!
Gimana, tertarik enggak mencicipi sensasi kuliner Maluku yang kletak-kletuk, kres?

Kuliner Khas Maluku


IKAN BAKAR, merupakan salah satu menu andalan tempat ini. Ikan yang digunakan adalah ikan lalosi yang memang banyak ditemukan di perairan Pulau Ambon. Diberi bumbu sedikit pedas, disajikan dengan sambal colo-colo, sambal yang mempunyai cita rasa asam yang kuat yang dihasilkan dari jeruk cina. Ada juga pilihan sambal terasi dan sambal petis yang sebenarnya bumbu dari otak-otak. Harga: Rp. 25.000/ekor

SOP IKAN, ini nih yang t-o-p b-g-t. Aroma kuah yang asam-asam segar berpadu dengan gurihnya daging ikan bobara menjadi favorit kami. Harumnya daun kemangi menambah rangsangan pada indera pengecap kita. Wajib dicoba. Harga: Rp. 60.000/kg

CHA BUNGA PEPAYA, menu yang ini tentunya sulit didapat di tempat lain. Bunga pepaya ternyata bisa diolah menjadi makanan pendamping yang lezat. Tapi buat yang tidak suka rasa pahit mungkin agak menghindari menu ini, rasa pahit seperti paria memang masih lekat pada menu ini. Tapi buat ibu-ibu mungkin menu ini yang paling dicari. Harga: Rp. 20.000/porsi.

TEMPE & TAHU PENYET, tidak terbayang sebelumnya bahwa yang akan hadir dimeja adalah sepiring tempe dan tahu dengan “taburan” sambal merah di atasnya. Pedasnya nendang. Dan menu ini yang paling cepat datangnya di banding yang lain hehehe, jadi dalam waktu sekejap piring-piringnya bisa langsung bersih karena emang sudah kelaparan dari pesawat. Harga: Rp. 10.000/porsi (isi 4 potong)
Makanan di rumah makan ini overall tidak mengecewakan walau juga tidak terlalu special. Masalah selera sih, karena beberapa rekan saya justru sangat terkesan dengan cita rasa makanan yang tersaji di rumah makan ini. Selamat mencoba….

Sejarah Maluku


Maluku merupakan salah satu propinsi tertua dalam sejarah Indonesia merdeka, dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Secara historis kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai pulau-pulau tersebut. Oleh karena itu, diberi nama Maluku yang berasal dari kata Al Mulk yang berarti Tanah Raja-Raja. Daerah ini dinyatakan sebagai propinsi bersama tujuh daerah lainnya ? Kalimantan, Sunda Kecil, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera ? hanya dua hari setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun secara resmi pembentukan Maluku sebagai propinsi daerah tingkat I RI baru terjadi 12 tahun kemudian, berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 22 tahun 1957 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1958.

Lintasan Sejarah
Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kepulauan Maluku memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan. Kawasan kepulauan yang kaya dengan rempah-rempah ini sudah dikenal di dunia internasional sejak dahulu kala. Pada awal abad ke-7 pelaut-pelaut dari daratan Cina, khususnya pada zaman Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Namun mereka sengaja merahasiakannya untuk mencegah datangnya bangsa-bangsa lain kedaerah ini.
Pada abad ke-9 pedagang Arab berhasil menemukan Maluku setelah mengarungi Samudra Hindia. Para pedagang ini kemudian menguasai pasar Eropa melalui kota-kota pelabuhan seperti Konstatinopel. Abad ke-14 adalah merupakan masa perdagangan rempah-rempah Timur Tengah yang membawa agama Islam masuk ke Kepulauan Maluku melalui pelabuhan-pelabuhan Aceh, Malaka, dan Gresik, antara 1300 sampai 1400.
Pada abad ke-12 wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Maluku. Pada awal abad ke-14 Kerajaan Majapahit menguasai seluruh wilayah laut Asia Tenggara. Pada waktu itu para pedagang dari Jawa memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Dimasa Dinas Ming (1368 ? 1643) rempah-rempah dari Maluku diperkenalkan dalam berbagai karya seni dan sejarah. Dalam sebuah lukisan karya W.P. Groeneveldt yang berjudul Gunung Dupa, Maluku digambarkan sebagai wilayah bergunung-gunung yang hijau dan dipenuhi pohon cengkih ? sebuah oase ditengah laut sebelah tenggara. Marco Polo juga menggambarkan perdagangan cengkih di Maluku dalam kunjungannya di Sumatra.

Era Portugis
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d’Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat – seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama.
Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Era Belanda
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
Pada permulaan tahun 1800 Inggris mulai menyerang dan menguasai wilayah-wilayah kekuasaan Belanda seperti di Ternate dan Banda. Dan, pada tahun 1810 Inggris menguasai Maluku dengan menempatkan seorang resimen jendral bernama Bryant Martin. Namun sesuai konvensi London tahun 1814 yang memutuskan Inggris harus menyerahkan kembali seluruh jajahan Belanda kepada pemerintah Belanda, maka mulai tahun 1817 Belanda mengatur kembali kekuasaannya di Maluku.

Pahlawan
Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang diberi gelar Kapitan Pattimura, seorang bekas sersan mayor tentara Inggris.
Pada tanggal 15 Mei 1817 serangan dilancarkan terhadap benteng Belanda ”Duurstede” di pulau Saparua. Residen van den Berg terbunuh. Pattimura dalam perlawanan ini dibantu oleh teman-temannya ; Philip Latumahina, Anthony Ribok, dan Said Perintah.
Berita kemenangan pertama ini membangkitkan semangat perlawanan rakyat di seluruh Maluku. Paulus Tiahahu dan putrinya Christina Martha Tiahahu berjuang di Pulau Nusalaut, dan Kapitan Ulupaha di Ambon.
Tetapi Perlawanan rakyat ini akhirnya dengan penuh tipu muslihat dan kelicikan dapat ditumpas kekuasaan Belanda. Pattimura dan teman-temannya pada tanggal 16 Desember 1817 dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan, di Fort Niew Victoria, Ambon. Sedangkan Christina Martha Tiahahu meninggal di atas kapal dalam pelayaran pembuangannya ke pulau Jawa dan jasadnya dilepaskan ke laut Banda.
Era Perang Dunia Ke Dua
Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh , melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang.
Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan, untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di desa Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura).
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu propinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Propinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan colonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini ? bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik Maluku Selatan? (RMS).

Kota Ambon

Kota Ambon yang memiliki nama Internasional Amboina adalah ibu kota provinsi Maluku, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 377 km² dan berpenduduk sebanyak 206.210 jiwa (2000). Berdiri antara tahun 1500-an setelah kedatangan bangsa Portugis.

Kota Ambon yang dipimpin oleh walikota Markus Jacob Papilaja dibagi atas 5 kecamatan, yaitu:
* Kecamatan Nusaniwe
* Kecamatan Sirimau
* Kecamatan Leitimur Selatan
* Kecamatan Baguala
* Kecamatan Teluk Ambon
Suku Bangsa
Terdapat banyak suku dan ras yang mendiami kota ini. Diantaranya adalah Arab, Buton (yang telah menetap hingga 5 generasi), Tionghoa yang pada mulanya datang untuk berdagang. Disamping itu terdapat pula Suku Minahasa, Jawa dan sebagian besar adalah Suku Alifuru yang merupakan penduduk asli Maluku. Dahulu kala, kota Ambon termasyur hingga keseluruh dunia dan menjadikan kota ini sebagai tempat tujuan bagi berbagai Kerajaan Eropa yang sedang melakukan eksplorasi. Tidak mengherankan bila banyak penduduk Ambon yang memiliki raut wajah yang mirip seperti orang Eropa dan Arab (sebagai akibat dari perkawinan campur para pendahulu mereka dimasa lalu) disamping denominasi dari ras Melanesia yang merupakan ras asli penduduk Ambon.

Lokasi wisata & Peninggalan sejarah
* Patung Pattimura, di Lapangan Merdeka
* Patung Martha Christina Tiahahu, di Karang Panjang
* Tugu Dolan, di Kudamati
* Tugu Trikora, di Urimesing
* Taman Makam Pahlawan PD II-Australia, di Tantui
* Monumen Australia, di Laha
* Monumen Jepang, di Tawiri
* Patung Franciscus Xaverius, di Batumeja
* Fort Victoria, di Belakang Kota
* Monumen Rumphius, di Batu Meja
* Museum Siwalima, di Taman Makmur
* Pantai Namalatu, di Latuhalat
* Pantai Natsepa Indah, di Natsepa
* Pantai Santai, di Latuhalat
* Tanjung, di Tanjung Nusaniwe
* Pintu Kota, di Airlow
* Pantai Desa Hukurila
* Tempayang, di Soya
* Gong Perdamaian Dunia
* Goa Batu Lobang, di Ds. Amahusu
* Bunker/Terowongan bawah tanah V.O.C., di Benteng Atas
* Puing kapal pengangkut Barang peninggalan Belanda/Portugis, di dasar perairan laut Waiyame
Berdasarkan fakta sejarah dan hasil kajian yang dilakukan para ahli dan Universitas Pattimura, cikal bakal lahirnya Kota Ambon dimulai dari Benteng/Kasteel Nieuw Victoria, yang terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri. Pada tahun 1575, saat dibangunnya Benteng Portugis (oleh Sancho Vanconcelos) di Pantai Honipopu, yang disebut Benteng Kota Laha atau Ferangi, kelompok-kelompok masyarakat kemudian mendiami sekitar benteng. Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai Kepulauan Maluku dan Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut lantas menjadi pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda sekaligus mengontrol jalur perdagangan melalui badan perdagangannya VOC dan benteng itu diubah namanya menjadi Nieuw Victoria yang dikenal sampai saat ini. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut kemudian dikenal dengan nama soa Ema, Soa Kilang, Soa Silale, Hative, Urimessing dan sebagainya. Kelompok-kelompok masyarakat inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kota Ambon. Dalam perkembangannya, kelompok-kelompok masyarakat tersebut telah berkembang menjadi masyarakat Ginekologis territorial yang teratur. Karena itu, tahun 1575 dikenal sebagai tahun lahirnya Kota Ambon. Hingga tahun 2009, kota Ambon telah genap berusia 433 tahun (4 abad).

Letak Dan Batas Wilayah
Letak Kota Ambon berada sebagian besar dalam wilayah pulau Ambon, dan secara geografis terletak pada posisi: 3o-4o Lintang Selatan dan 128o-129o Bujur Timur, dimana secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:
* Sebelah Utara dengan:
Petuanan Desa Hitu, Hila, Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (To the North by the territory of Hitu, Hila and Kaitetu Villages, District of Leihitu, Regency of Central Moluccas)
* Sebelah Selatan dengan:
Laut Banda (To the South by Banda Sea)
* Sebelah Timur dengan:
Petuanan Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (To the east by the territory of Suli Village, District of Salahutu, Regency of Central Moluccas)
* Sebelah Barat dengan:
Petuanan Desa Hatu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (To the West by the territory of Hatu Village, District of Leihitu, regency of Central Moluccas)
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau Ambon di kelilinggi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh masa pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.

Tips ke Pantai Natsepa


  • Hotel sangat terbatas, terutama yang dekat pantai. Tapi, kalau sekadar pondok penginapan ada di sekitar lokasi. Untuk hotel berbintang setidaknya ada tiga yang layak dipertimbangkan yakni Hotel Amans, Aston Natsepa dan Swiss Belhotel. Yang paling dekat pantai adalah Hotel Aston Natsepa.
  • Pengunjung bisa memesan permainan kepada pengelola pantai. Contohnya, permainan bambu gila. Permainan khas Maluku ini terkait dengan kekuatan suprantural yang bisa membuat bambu menjadi berat bagi pembawanya.
  •  Jangan berenang terlalu ke tengah saat musim angin barat atau hujan. Pada musim ini, ombaknya cukup besar.
  • Bawa perlengkapan seperlunya, terutama kamera untuk mengabadikan keindahan pantai-pantai di Ambon yang tiada duanya. 
  •  Dari Kota Ambon menuju Pantai Natsepa melalui jalan darat sekitar 30menit melalui daerah Batu Merah, Tantui, Kapaha, Galala, Halong, Lata, Lateri, Passo, Waitatiri, dan Wayari. Kendaraan umum sudah tersedia dan ongkosnya cukup Rp3.500 dari Pasar Mardika.
  •  Selain Pantai Natsepa untuk menuju Pantai Hunimua atau Liang bisa dicapai dengan berkendara ke arah timur, melewati Tulehu dan Wai sekitar 30 menit.

Minggu, November 28, 2010

Eksistensi Sasi di Maluku

Jauh sebelum orang-orang secara global membahas pentingnya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, masyarakat Maluku sudah menerapkannya sejak lama. Melalui hukum adat sasi yang diwariskan turun-temurun dari leluhur, orang Maluku dengan sendirinya telah menjaga kelestarian lingkungan.Konon sasi telah diberlakukan sejak tahun 1600an.
Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumberdaya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya hayati (hewani maupun nabati) alam tersebut. Oleh karena peraturan-peraturan dalam pelaksanaan larangan ini juga menyangkut pengaturan hubungan manusia dengan alam dan antar manusia dalam wilayah yang dikenakan larangan tersebut, maka sasi pada hakekatnya juga merupakan suatu upaya untuk memelihara tata-krama hidup bermasyarakat, termasuk upaya ke arah pemerataan pembagian atau pendapatan dari hasil sumberdaya alam sekitar kepada seluruh warga/penduduk setempat.
Salah satu bentuk sasi yang paling menarik dan paling unik di Maluku adalah sasi ikan lompa dari Pulau Haruku.Jenis sasi ini hanya terdapat di Pulau Haruku. Lebih unik lagi karena sasi ini sekaligus merupakan perpaduan antara sasi laut dengan sasi kali.

Setelah ikan lompa yang dilindungi cukup besar dan siap untuk dipanen (sekitar 5-7 bulan setelah terlihat pertama kali),maka serangkaian upacara adat pun dilakukan, seperti makan patita dan kemudian membakar api unggun di muara kali Learisa Kayeli dengan tujuan untuk memancing ikan ikan lompa lebih dini masuk ke dalam kali sesuai dengan perhitungan pasang air laut. Biasanya, tidak lama kemudian, gerombolan ikan lompa pun segera berbondong-bondong masuk ke dalam kali. Pada saat itu, masyarakat sudah siap memasang bentangan di muara agar pada saat air surut ikan-ikan itu tidak dapat lagi keluar ke laut.


Tepat pada saat air mulai surut, pemukulan tipa pertama dilakukan sebagai tanda bagi para warga, tua-muda, kecil-besar, semuanya bersiap-siap menuju ke kali. Tifa kedua dibunyikan sebagai tanda semua warga segera menuju ke kali. Tifa ketiga kemudian menyusul ditabuh sebagai tanda bahwa Raja, para Saniri Negeri, juga Pendeta, sudah menuju ke kali dan masyarakat harus mengambil tempatnya masing-masing di tepi kali.


Memang sasi sangat berperan untuk mengatasi degradasi lingkungan seperti di Pulau Haruku. Namun Perusakan lingkungan (habitat) terumbu karang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab semakin gencar dilakukan. Walaupun masyarakat telah mengupayakan berbagai langkah, namun semua itu bagai membuang garam di laut. Alhasil, mungkinkah rakyat kecil yang sederhana dan awam ini tidak mampu menembusi dinding-dinding birokrasi ? Entahlah..

"SEJARAH PATIMURA DI PALSUKAN OLEH NEGARA"


Sejarah THOMAS MATULESY atau PATIMURA sangat terkenal dalam sejarah Maluku , tetapi sayang dibalik sayang dipalsukan oleh SEJARAH INDONESIA menurut pemikiran orang(2) JAWA dan INDO .



Peperangan yang pertama adalah SILIHATA yang dikepalai oleh LESAAMA - LELEHUE - MAOKY dari pulau SERAM menentang kaum penjajah PORTOGIS dan BELANDA untuk mempertahankan DATI PUSAKA MALUKU ALIFURU . Pertahanan ini TIDAK DAPAT dikalahkan oleh penjajah , sehingga Portogis mencari jalan dengan siasat/ taktik damai melalui agama , sesudah itu , mereka menangkap /menahan beberapa anak Alifuru dan dijadikan sebagai anak(2) angkat Portogis , seperti de Fretes , de Lima , de Costa , dan de Quelgue dan lain(2)nya .

Sebenarnya mereka(2) ini adalah anak(2) asli dari keturunan URUMESENG dari NUSA-INA ( SERAM ) datang ke NUSA-INA-ANAI ( AMBOINA / AMBON ) . Maka melalui anak(2) angkat ini , Portogis memakai mereka ini dengan suatu siasat untuk mengadakan hubungan dengan UPU-AMA-LATU -PATI-WASI ( Bapa raja hutan ) untuk dapat menangkap semua penguasa(2) DATI PUSAKA bangsa Maluku ALIFURU di gunung / hutan .



Dari sejarah ini , muncul / timbullah harsrat , keinginan serta martabat sebagai seorang anak ALIFURU untuk menentang penipuan , perampas(2) hak(2) milik yang dinamakan DATI PUSAKA bangsa Maluku / Alifuru .



Sementara politik Portogis ini berjalan melalui anak(2) angkat untuk menguasai wilayah Kerajaan besar NUNUSAKU maka Portogis sendiri mempunyai suatu rencana jahat untuk dapat menguasai semua perdagangan hasil(2) bumi Maluku yang terkenal dengan REMPAH(2) , CENGKEH , PALA dan semua hasil laut serta alam Maluku.



Oleh karena perdagangan REMPAH(2) ini sudah terkenal didunia khususnya di EROPA , maka datanglah bangsa(2) lain seperti Belanda , maka terjadilah suatu peperangan besar yang namanya perang " HONGI " , antara POTOGIS dan BELANDA sehingga menimbulkan pengorbanan bagi anak(2) bangsa Maluku Alifuru .



Dengan adanya peperangan ini , maka Belanda juga meniru taktik / strategi Portogis yaitu untuk menguasai kekuasaan dan perdagangan dibumi Maluku dengan suatu siasat yang sama " ANAK ANGKAT " , yaitu seperti van hauten , hogendorof , jansen , crikof , hendriks dan lain(2)nya . Maka dengan segala tipu daya dari kaum penjajah Portogis dan Belanda inilah , mengakibatkan suatu PERANG SAUDARA GANDONG antara anak(2) angkat pro Portogis dan anak(2) angkat pro Belanda .

Dari siasat kolonial / penjajah Portogis dan Belanda inilah yang terus dipakai oleh penjajah INDONESIA -JAWA yang selama ini ; memperkosa , memalsukan , sejarah yang benar, bersih dan suci . Inilah sebagai suatu contoh kepada semua anak(2) bangsa Maluku / Alifuru dibumi ciptaan ALLAH bagi yang SARANI maupun SALAM .



Maka timbullah kesadaran ini oleh pimpinan LOHASAMA-MATULESY -KAPITAN PATI MURA -AMA - KABARESI satu(2)nya dari tentara Portogis menentang penjajahan Belanda untuk BANGSA MALUKU ALIFURU bukan untuk bangsa INDO atau INDONESIA -JAWA .

Sabtu, November 27, 2010

Steering Comitte Sister City Darwin-Ambon Koordinasikan Program DAYR 2011

AMBON-HUMAS, Kerjasama Sister City antara kota Darwin, Australia dan Kota Ambon yang identik dengan event Darwin-Ambon Yacht Race (DAYR) telah membawa dampak yang besar, utamanya bagi pulihnya citra daerah ini di mata dunia, yang secara tidak langsung turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini disampaikan Wakil Walikota (Wawali) Ambon, Dra. Olivia Latuconsina, MP usai menerima kunjungan ketua Steering Comitte Sister City Darwin-Ambon, Rick Setter, Kamis (25/11) di Balai Kota. “Lewat event DAYR yang sudah berjalan kembali selama 4 tahun sejak dihentikan karena kondisi keamanan di kota Ambon, ternyata banyak dampak positifnya. Tidak sekedar ada kegiatan yacht race saja tetapi juga mempublikasikan kepada pihak luar bahwa kota Ambon sudah sangat nyaman di datangi oleh siapa saja,” jelasnya.
Wawali menjelaskan pertemuannya dengan Setter adalah untuk membicarakan berbagai program terkait dengan persiapan DAYR di tahun 2011, sebagai tindak lanjut atas pertemuan Walikota Darwin, Graeme Sawyer dan Walikota Ambon, Drs.M.J Papilaja, MS di Ambon beberapa waktu lalu.
Event tahunan ini, tutur wawali, dapat memberikan kontribusi positif bukan saja bagi pemerintah kota Darwin tetapi juga bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon karena kedepan akan diikuti dengan kegiatan lainnya, yakni program kerjasama di bidang pendidikan maupun bidang seni-budaya.
Dirinya mengakui, Setter dan pemerintah kota Darwin telah menunjukan komitmen untuk terus mempromosikan kota Ambon kepada dunia internasional lewat DAYR, karena hal itu adalah bagian dari kerjasama Sister City antara Darwin-Ambon yang sudah terjalin sejak lama.
“Kerjasama kita di bidang pendidikan adalah program pertukaran pelajar. Jadi nantinya ada satu guru dan dua siswa SMA di kota Ambon yang dikirim ke Darwin. Selain itu dibidang seni budaya, akan digelar Festival Kesenian Ambon di Darwin selama satu minggu menjelang dimulainya DAYR, pada 22 Juli 2011 mendatang. Kegiatan ini diproyeksikan steering comite sebagai wahana promosi seni dan budaya Ambon,” ujar wawali.
Secara kebetulan Event tahunan DAYR tahun 2011 digelar bersamaan dengan kegiatan yacht race lainnya yaitu Sail Indonesia yang juga dimulai dari kota Darwin, menyikapi hal ini wawali berharap kedua event ini tidak saling berbenturan dan tidak harus mengorbankan salah satunya. Karena apabila kedua event ini bisa dimanage dengan baik akan dapat berjalan secara berkesinambungan.
“Ini artinya harus ada koordinasi yang sinergis antara Pemerintah Provinsi Maluku dan kota Ambon dalam mengapresiasi event yacht race ini. Dimana kita melihat bahwa ambon akirnya sudah bisa menciptakan hal yang positif melalui DAYR, sehingga event lain harus berjalan beriringan tidak boleh saling intervensi tapi semua itu diatur sebagai agenda pariwisata provinsi maluku ke depan,” bebernya.
Akhirnya wawali berharap, semua pihak dapat memahami bahwa setiap event pariwisata yang digelar di kota ini akan menjadikan ambon sebagai gateway dalam mempromosikan Maluku secara total, yang berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Rabu, November 17, 2010

Banda Island







Banda History

The intrigue of the Banda Archipelago lies not just below the surface. The sense of history found in Banda is exhilarating, it is in the heart of the islands and the adventurous few who bravely embark on a rare expedition to the region will be rewarded with a trip of a lifetime. It was not always the case that explorers arrived in these waters with peace on their minds. Countless relics lay scattered across the islands, serving as reminders of the days when Banda was once a valuable commodity, one whose fruits were worth fighting to rule.

Periods of Portuguese, Dutch and British control left their mark on Banda, the main example of such instantly recognised as Fort Belgica, commanding the hill over looking the town. Cannons lay scattered about the idyllic streets and a Dutch Palace, traditional jail and the island museum, filled with artefacts discovered over the centuries, wait for exploration.  A walk amongst the local markets, brimming with spices and the day’s fresh catch, allows visitors to experience the local community existence, largely unchanged for centuries.

The Original Spice Islands

Spices, more specifically Nutmeg, Mace and Cloves were the assets which elevated the Banda islands to the most valuable real estate in the world. Spice traders from across the globe set out in search of the original Spice Islands, in the hope of returning home with a cargo of the exotic riches. Nutmeg and Mace were valuable due to their well known preservative and medicinal qualities. With the bubonic plague rife in Europe, any supposed cure had incredible demand; and indeed nutmeg was thought to be a cure for the Black Death. The secondary spice of nutmeg production, the vibrant red mace, was also believed to hold medicinal powers secretly sought by gentlemen folk of the time.

In the rare event that merchants made the journey successfully, the rewards were significant and the traders grew rich beyond their dreams. The resulting colonial residences and palaces that were erected in Banda are still standing, waiting to be explored.

By diving Banda with Spice Island Divers, there is always enough time to explore the topside culture and historical delights of the region.

Diving Banda

 







Diving Banda; Dive Banda with Spice Island Divers

Spice Island Divers is the only land based dive centre diving Banda. Owned and operated by a multinational management team, the operation prides itself on service and professionalism, despite the remote location of the facility.

Banda has long been thought a destination only to be visited with liveaboard dive vessels, whose limited itineraries curtail the length of time which can be spent in the Banda islands. Land based diving in Banda allows divers to enjoy more flexible dive experiences, with more time to dive the plethora of sites within Banda's huge natural harbour and also to join excursions to the outer islands in the region.

The islands nestle in the Banda Sea, Eastern Indonesia, reached through the central hub of Maluku, Ambon City. The archipelago of Banda is made up of seven main islands, these being Banda Neira, Lonthor, Gunung Api, Pulau Pisang, Hatta, Ai and Run . 

Diving & Exploring

Spice Island Divers, a partner of Maluku Divers in Ambon, presents divers with the chance to explore the underwater delights of Banda, whilst offering extended time for exploration of the fascinating town.

The Banda Islands are amongst the most unique destinations in the world. The intrigue surrounding the history and culture of the region is mirrored in the underwater experiences too, with amazing variety of dive sites all easily accessible from Spice Island Divers dive centre.

Spice Island Divers offers the opportunity for divers to enjoy the topside and diving delights of a region which has for years remained remote and inaccessible. Dive Banda, the most abundant waters in Indonesia, with the only land based dive centre operating in the region – Spice Island Divers.

NAMA MARGA SUKU MALUKU


Daftar di bawah ini memuat beberapa marga Ambon.

A
Abednego, Abel, Abaroea atau Abarua, Abraham, Abrahams, Abrahamsz, Acher, Ademiar, Adeo, Adjahary, Adolf, Adonis, Adrian, Adrianz, Adrians, Adriaansz, Adrianus, Adtjas, Afaratu, Afdan, Afflu, Afitu, Aghogo, Agudjir, Agustinus, Agustis, Agustyen, Ahab, Ahad, Ahar, Ahiyate, Ahlaro, Ahnary, Ahudora, Ahver, Aihery, Ailerbitu, Ailerkora, Ainoli, Aipassa, Airory, Aitonam, Akasian, Akbar, Akel, Akerina, Akiaar, Akiari, Akiary, Akihary, Akipu, Aklafin, Akohillo, Akollo, Akse, Aktalora, Akyuwen (baca:Akiwen), Alain, Alakaman, Alamon, Alaslan, Alatubir, Alberthus, Albram, Alexander, Alfanay, Alfaris, Alfons, Alicaris, Aliputty, Alkatiri, Alkoteri, Allo, Aloon (baca:Alon), Alopy, Aloumoly, Alputila, Alvarisi, Alviaro, Alwen, Alwer, Alwy, Alyeru, Alyona, Amahoru, Amamaran, Aman, Amahorseya, Amanapunyo, Amaral, Amarduan, Ambar, Amergebi, Ameth, Amorhosea, Amos, Ambrosilla, Amunnopunjo, Amuntoda, Anakotta, Anakotapary, Anamova, Anas, Andea, Andies, Andres, Andrias, Andries, Angelbert, Angels, Angganois, Anggoda, Angkotta, Angkotamony (baca:Angkotamoni), Angkotasan, Angky, Angwarmase, Aninjola, Ansora, Anthonio, Anthony, Antormase, Apalem, Apalen, Apanath, Apang, Apitula, Apituley, Aponno, Apopits, Aprian, Aramuda, Araben, Arbol, Arends, Areros, Argueble, Aries, Aristarkus, Arjesam, Armando, Arnes, Arlooy (baca:Arloy), Aronds, Aropa, Aroran, Artafella, Arts, Arun, Asbay, Aschab, Asohorty, Asry, Assel, Astan, Asthenu, Aswaly, Asyeram, Atapary, Atbar, Atiby, Atihuta, Attamimi, Aucheyeny, Augustyn, Aunalal, Auratu, Aurima, Aurmartin, Awear,Awirano,Ayal, Ayawaila, Ayhery, Ayhuan, Ayuba,

B
Bachta, Bacory, Badelwair, Badmas, Baersady, Bager, Bahrid, Bairatnissa, Bairo, Bakarbessy, Bakker, Bakridi, Ballan, Bally, Balryan, Balsala, Balthazar, Balvid, Bamatrao, Bämfer, Baora, Baragain, Baransano, Barendz, Bareto, Barfeny, Barger, Barkeij, Barlola, Barloy, Barmella, Barons, Barry, Bartolomeus, Barutressy, Basafin, Basalamah, Basry, Basteirn, Bastian, Batceran, Batcori, Batdjedelik, Batfeny, Batfian, Batfin, Batfyor, Batho, Batidas, Batlajery, Batlyel, Batlyeware, Batserin, Batsira, Batsyory, Battisina, Batto, Batuwael, Batwael, Batyefwal, Bauwens, Bazari, Bazergan, Beay, Beffers, Belay, Belder, Belegur, Belen, Beljaky, Beljeur, Belmin, Belnard, Belseran, Belson, Belwain, Benlas, Benamen, Benedijk, Benjamin, Benson, Bento, Benyernakor, Berhitoe atau Berhitu, Bernadus, Bernhard, Bernard, Bernts, Bersaby, Bersalei, Beruat, Besan, Betaubun, Betoky, Bianchi, Biet, Bille, Binbaso, Binnendijk, Binsye, Birahy, Blijlevens, Blukora, Bochi, Boften, Boger, Boina, Boinsera, Boky, Bolisara, Bonara, Bonsalya, Boogart, Borges, Borlak, Bormassa, Borrel, Borolla, Borut, Bosko, Bothmir, Botter, Breekland, Bremeer, Bria, Bruhns, Bruigom, Buano, Buarlely, Builder, Buiswarin, Bukop, Buloglatna, Buloroy, Bunjanan, Burnama, Bwariat, Bwarnirum,

C
Callahan, Calvari, Camerling, Capobianco, Carelsz, Carliano, Carolus, Castera, Castillo, Cecene, Chakenota, Cheiongers, Chello, Chera, Chostantinus, Chrisaldo, Christabel, Christen, Christiaan, Christo, Christoffel, Cie, Cobis, Coendraad, Cohen, Collins, Cols, Comul, Conoras, Consina, Corputty, Corneille, Cornelis, Correia, Courbois, Cramer, Crola, Cuana,

D
da Costa, da Queljoe (atau de Quelju), Dahoklory, Damava, Dandel, Daniel, Daniels, Darany, Dario, Dasfordate, Dasletty, Dasmasela, Dasola, da Silva, da Sousa, Dates, David, Davidz, Dawan, Day, Dayera, Deay, de Barrito, de Bell, de Boer, de Bree, de Brund, de Eng, de Elie, de Feniks, de Flart, Defnada, de Fretes, de Gier, de Graaf, de Haas, de Haart, de Houtman, de Jong (atau de Yong), de Kates, de Keyzer, de Klerek, de Kleric, de Kooc, de Kock, de Kroes, de Leeuw, Delfiga, de Lima, Delly, de Lopez, de Lozari, Demny, den Brave, Denwaklera, Deo, de Powes, Deraukin, Deres, Derhaag, Deriksen, Derikson, Derlauw, Derlen, Derman, de Rooij atau de rooy, de Rozary, de Silo, de Sily, de Sirat, de Soysa, Devenubun, de Vette, Devo, de Vreede, de Wanna, Diasz (atau Dias), Diaas, Diaz, Dikroes, Dilear, Dileer, Diller, Dirk, Dirklalean, Dirksz, Disera, Dagang, Djafry, Djakaria, Djamdjik, Djelagay, Djelau, Djervui, Djermor, Djerol, Djetul, Djibrael, Djilarpoin, Djonler, do Andres, Dobred, Dohasair, Dolhalewan, Domingus, Domlay, Dobbert, Dobertd, Dolaitery, Dolita, Dolkapi, Dolwoy, Dominggos, Dompeipen, Dopiando, Doppert, Doren, Dorseis, dos Santos, Doter, Dousee, Drachman, Drees, Drimol, Drost, Duarmas, Dula, Dumgair, Duparlira, Dwicaprie,

E
Edberth, Edward, Effelewn, Efluar, Efraim, Efruan, Egberth, Eideul, Eirumkuy, Eiwury, El, Elake, Elaury, Eleujaan, Eleuwarin, Elier, Elmas, Elanor, Elath, Eliesen, Elkel, Elle, Ellias, Elfarin, Elminero, Elpis, Elsiba, Elsoin, Eluwart, Elte, Elwarin, Ely, Elyaan, Embisa, Emola, Empra, Emray, Engel, England, Engro, Enrico, Entamoin, Enos, Entero, Enus, Eoch, Erbabley, Eremerd, Erlely, Ernas, Eropley, Ersaprosy, Erwanno, Esomar, Esrev, Esserey, Essy, Etiory, Etrial, Ette, Etwiory, Eugara, Evaay, Evamutan, Evert, Ewaldo, Eyale, Ezauw,

F
Fader, Fadersair, Fador, Faifet, Falaici, Falauf, Falera, Falermury, Falikres, Fallen, Famas, Famney, Fanbrene, Fanlay, Fangohoy, Farjala, Farly, Farsin, Fasse, Fatbinan, Fatfora, Fatlalona, Fatlira, Fatrua, Fatsey, Fauth, Febby, Febesal, Felay, Feldbrugge, Felndity, Feninlambir, Fenjalang, Fenlop, Fenyapwain, Feoh, Fer, Ferlin, Ferdinandus, Fernandes, Fernando, Fernayan, Fesanrey, Fianberi, Fifaona, Fillips, Filmort, Firanty, Firley, Firloy, Fitron, Fiumdity, Flohr, Flontin, Flora, Floris, Flory, Fofid, Fol, Foor, Foraly, Forfan, Forinti, Formes, Forwet, Fower, Frabes, Franciz, Frandescolli, Frans, Franciscus, Franssisco, Fransz, Frare, Freely, Froim, Fuarisin, Fuller, Fursima, Futraun, Futural, Futuray
G
Gabriel, Gaflomi, Gahetto, Gahinsa, Gaite, Gaitian, Gamar, Gamgenora, Ganay, Ganobal, Ganza, Garbim, Gardjalay, Gardjey, Garium, Garlay, Garlora, Garpenassy, Garsiana, Gasko, Gasper, Gaspersz, Gelagoy, Gelfara, Genno, George, Geraldi, Geresi, Geslauw, Ghosaloi, Gigengack, Gill, Gisberthus, Geassa, Geers, Gerrits, Gerson, Giay, Gilbert, Gimon, Ginzel, Giop, Giovani, Givano, Gobay, Godlieb, Goeslaw, Gogerino, Gohir, Goin, Golf, Golle, Golorem, Gomes, Gommies (atau Gommis), Gordan, Gorfan, Gonimasela, Gonsalves, Gonzales, Gosain, Gosem, Gosjen, Goszal, Goteris, Goulaf, Granada, Grasselly, Grisel, Grobbe, Gudam, Gurgurem, Gurium, Gwedjor,

H
Habel, Habibu (atau Habibuw), Hadler, Hahijary, Haikutty, Hair, Hahury, Hakamuly, Hakapaä, Halapiry, Halawane, Halawet, Halirat, Hallatu, Haliwela, Hallauw, Halos, Haluly, Haluna, Haluruk, Hambaly, Hameda, Hammar, Han, Hanavi, Hanegraaf, Hanorsian, Haprekkunarey, Haratilu, Harbel, Haris, Harlen, Harmen, Harmusial, Harnia, Hartala, Hartety, Hartsteen, Hasbers, Haspers, Hassanussy, Hatalaibessy, Hatane, Hataul, Hatharua, Hathelhela, Hatlessy, Hattu (atau Hatu), Hatuina, Hatuleli, Hatuluayo, Hatumessen, Hatuopar, Hatusupy, Hatusupit, Haulussy, Haumahu, Haumalaha, Haumase, Haurissa, Hauwert, Havelaar, Havterheus, Hawaä, Hayat, Hayer, Hayon, Helaha, Hehalatu, Hehakaya, Hehalissa, Hehamahua, Hehamoni, Hehanussa (atau Hehanusa), Hehareuw, Heharu, Heideman, Heikoop, Heipary, Helaha, Heldernisse, Helermuri, Heleryoka, Helewend, Heljanan, Helma, Helnia, Helola, Heluth, Helwed, Helweldery, Hemar, Hemas, Henamony, Henaulu, Hendrick, Hendriks, Hendriksz, Hendrikus, Hendry, Hengkessa, Hengst, Hengtz, Henriques, Herekly, Heremkuy, Herin, Heriola, Herling, Herluly, Herman, Hermanus, Hermarna, Hermeling, Hernauw, Herpiou, Herus, Hetharie, Hetharia, Hetharion, Hetharua, Hetiahubessy (atau Hitahubessy), Heumasse, Heumassy, Heuvelman, Heyer, Hgairtety, Hiariej, Hilaul, Hiteler, Hitalessy, Hitijahubessy (atau Hetiahubessy), Hitipeuw, Hitrihon, Hitiyambessy, Hitto, Hilaul, Hiskia, Hitalesiakwany, Hitirissa, Hiulruur, Hiwy, Hlacronarey, Hoamoal, Hoffmeester, Hogendorp, Hokeyate, Hong, Holatila, Holika, Holle, Holthuisen, Homase, Hommy, Honorsian, Hoor, Horaszon, Hordembun, Horeyaam, Horhoruw, Horts, Horsael, Horsair, Horst, Horu, Hosea, Host, Huath, Hüffner, Huibers, Huik, Huily, Huka, Hukom, Hukunala, Hulkiawar, Hully, Huliselan, Huniake, Hunila, Huninhatu, Hunitetu, Hunsam, Hurasan, Hurlean, Hurry, Hursepuny, Hursina, Hursup, Hurwiora, Husen, Husein, Hutubessy, Hutuely, Huwaa, Huwae,

I
Ibkar, Ihalauw (atau Ihalahu), Ilella, Ilely, Ilery, Imasuly, Imea, Imkorle, Immink, Imoliana, Imsula, Imuly, Inanosa, Intopiana, Ipol, Irapanussa, Iraratu, Irkey, Iriley, Irloy, Irmuply, Isaac, Ishak, Iskiwar, Ismael, Isran, Istia, Italilpessy, Itamar, Itapaty, Itramury, Iwamony, Iwane, Iwar, Iyay, Iyon, Izaach, Izack,

J
Jacob, Jacobs, Jacobus, Jadera, Jaflaun, Jaftoran, Jahya, Jallo, Jamlean, Jalmav, Jamangun, Jambormias, Jamco, Jamrewav, Jamsaref, Jan, Jansay, Jansen, Janser, Janwarin, Jaolath, Jasso, Jeflely, Jekriel, Jellira, Jempormiasse, Jennia, Jerfatin, Jermias, Jeremias, Jesayas, Jethro, Jheo, Jimando, Jirlay, Jochems, Joel, Johan, Johands, Johansz, Johannes, Johannis, Joktimera, Jonain, Jonathan, Jones, Jooce, Joostensz, Joris, Joseph, Jotlely, Jozias, Juarsa, Julian, Julis, Jurben, Jurley, Justinus,

K
Kaary, Kabalessy, Kadmaer, Kadtabal, Kafroly, Kahaela, Kahyoru, Kaibobo, Kaidel, Kaihatu, Kaihena, Kailey, Kaillem, Kailola , Kailolo, Kaimahrela, Kainama, Kaipatty, Kaitjlapatay, Kaitjily, Kajihi, Kakerissa (atau Kakarissa), Kakiailatu, Kakiay, Kakihena, Kakesina, Kalabory, Kallaij, Kalqutny, Kamclane, Kamerkay, Kamsy, Kamuala, Kamukalawae, Kanaitang, Kanawa, Kannety, Kanony, Kapale, Kappuw, Kappy, Kapressy, Karafe, Karanelan, Karatem, Kareis, Karel, Karelaw, Karels, Karesina, Kariuw, Karmezach, Karolis, Karoni, Karspasina, Karsten, Kartensz, Karual, Karuna, Kary, Karyoma, Kasale, Kasamilale, Kasihiw, Kasihuw, Kasmanus, Kassirsz, Kassiuw, Kastanta, Kastanya, Kastella, Kasten, Kastera, Kastero, Kastra, Kasturian, Katayane, Katipana, Kay, Kaya, Kayadoe atau Kayadu, Kayapa, Kdise, Kedalil, Keddah, Kefbarin, Keikuhu, Keilalilota, Kelanit, Kelderak, Keliobas, Keljasa, Keljombar, Kelmaskov, Kelrey, Kelyaum, Kempa, Keppy, Karjapy, Kerthy, Keegel, Kerisoma, Kermite, Kerty, Kesaulya, Ketno, Keumasse, Key, Keyer, Kheral, Khoe, Khomaro, Khouw, Khongred, Khurnalla, Kifta, Kikalessy, Kilanresy, Kilbaren, Killay, Killy, Kilywe, Kilmas, Kipuw, Kirans, Kiriweno, Kiriwenno, Kirlelya, Kirwelak, Kisenrat, Kissia, Kivert, Klauw, Klavert, Klerock, Kloer, Klopfleisch, Knatmera, Kniesmeijer, Knyarilay, Knyarpilta, Kofit, Kohinsafun, Kohumarua, Kohunussa, Koimer, Koisine, Kok, Koknussa, Kolahatu, Kolahuwey, Kolakvera, Kolathena, Kolatveka, Kolelsy, Kolessy, Kolibunso, Kols, Komas, Komnaris, Komrey, Komsary, Konhud, Konoralma, Kooistra, Koraag, Koranelao, Korisen, Koritelu, Korlefura, Korlooy, Kormasella, Kornamne, Kornelis, Korsely, Kortefura, Kortman, Koryesin, Korytelu, Koslout, Kostantin, Kosten, Kotadiny, Kotalawa, Krestian, Kriekhoff, Krisop, Kromes, Kronenberg, Kruytzer, Kudmas, Kudusia, Kufla, Kuhuail, Kuhuparuw, Kuhuwael, Kuhurima, Kulit, Kumbansila, Kundre, Kursam, Kusapy, Kustely, Kuswara, Kuvla, Kuypers, Kwakernaak, Kwalomine, Kwanander, Kwarmona,

L
Laäle, Labalen, Labery, Labobar, Ladisary, Lafina, Lafuur, Lagraduay, Lahale, Lahallo, Laian, Laicerewy, Laidillona, Laikyer, Lailossa, Lailro, Laimesian, Laimeheriwa, Laimena, Laimera, Laimuslo, Lainata, Lainsamputty, Laisina, Laisouw, Laitera, Laiterkuhy, Laitety, Laitjatamu, Lakavin, Lakawael, Lakburlawar, Lakfo, Lakuteru, Lala'ar, Lalihitu, Lalopua, Lamany, Lamawitaq, Lambartir, Lambertus, Lamderts, Lameky, Lamera, Lamers, Lamere, Lamerkabel, Lampira, Lendisyem, Langer, Langoru, Lanith, Lanjkatyela, Laodendulukh, Lapia, Laplelo, Lappy, Laratmase, Larjela, Larjerau, Larmokas, Larope, Lartutul, Larser, Larsoba, Larwuy, Laryana, Lasaaly, Lasamahu, Lasano, Lasatira, Lasera, Lasiomina, Lassol, Latarissa, Latekay, Lattan, Latuael, Latuamury, Latuasan, Latuary, Latubadina, Latuconsina, Latue, Latuharhary, Latuheru, Latuhihin, Latuhamallo, Latuihamallo, Latukaisupy, Latukolam, Latukolan, Latuny, Latupella, Latul, Latulanit, Laturua, Latumaelissa, Latumaerissa, Latumahina, Latumairissa, Latumalea, Latumanuwey, Latumanuseite, Latumapina, Latumeten, Latupapua, Latupeirissa, Latupella, Latuperissa, Latupraja, Latuputty, Latusia, Lattu, Laturake, Laturette, Laturputih, Latus, Latusinay, Latutubaka, Latuconsina, Latusallo, Latuwael, Latusuay, Lauhvy, Laukon, Launuru, Laurika, Lausepa, Lausiry, Lauterboom, Lavina, Lavuy, Lawalata, Lawalatta, Lay, Layabar, Lealessy, Leasa, Leansamputty, Leanwoar, Learity, Leasa, Leasiwal, Leatemia, Leatomu, Lebelauw, Lefmurmuri, Lefta, Leften, Lefteuw, Lefuga, Lefumonay, Lefuray, Legajir, Leikawa, Leimeheriwa, Leitemia, Leihitu, Leimena, Leipary, Leirissa, Leisisel, Leiwakabesy, Leiwier, Leite, Leivitar, Lekahatu, Lekahena, Lekairua, Lekal, Lekalaet, Lekalisa, Lekan, Lekatompessy, Lekawael, Lekenila, Lekerupy, Lekiohapy, Lekiora, Lekipiouw, Lekransy, Leksair, Leksona, Lelapary, Leleulya, Leleury, Leliweary, Lelyemin, Lelsury, Lellortery, Lemosol, Lenahatu, Lendersz, Lendert, Lenna, Leohena, Leomuda, Leonadal, Leonard, Leonary, Leonlina, Lepertery, Lepith, Lermer, Lerrech, Lerrick, Lesbassa, Lesbatta, Lescona, Lesel, Lesiasel, Lesiela, Lesilolo, Lesimanuaya atau Lesimanuaja, Lesirollo, Lesnussa, Lesomar, Lesputty, Lessidi, Lessil, Lessiputty, Lessituny, Lessy, Lestaluhu, Lesteru, Lestuny, Lestussin, Leisubun, Letelay, Lethulur, Let-Lei, Let-Let, Letlora, Letsoin, Letty, Letwar, Letwory, Leuhena, Leuhery, Leulier, Leundra, Leunufna, Leunura, Leurima, Leuwol, Levi, Lewaherilla, Lewahopa, Lewankiky, Lewansorna, Lewantour, Lewaru, Leweheri, Lewenussa, Lewerissa, Lewery, Lewibaker, Lewier, Lewna, Lico, Lidiperu, Lieando, Lienatha, Liesay, Liklikwatil, Likumahua, Likumahwa, Liliefna, Liligoly, Lilihata, Lilihua, Lilipaly, Lilipory, Limaheluw, Limarloy, Limbers, Limehuwey, Limirubus, Limor, Linansera, Lindray, Linson, Liptey, Lipury, Lirrey, Lisaholeth, Lisapaly, Lisnario, Litaay, Litamahuputi, Litilohy, Litwart, Liufeto, Loby, Lobya, Lodarmase, Lodrigus, Lohy, Loilar, Loimalitna, Loimehiapy, Loirouw, Loisa, Loisoklay, Loiurro, Loka, Lokarleky, Lokollo, Lokra, Lolinwafan, Lomera, Lomesliden, Londer, Loomeyer, Lopes, Loppies, Lopuhaä, Lopulalan, Lopulissa, Lopumeten, Loran, Lorenzo, Lorwens, Losepta, Loswetar, Lotsepta, Lotusyera, Louhenapessy, Louhanapessy, Louhattu, Louhery, Louis, Loulolia, Loupatty, Loupias, Lourensz, Louth, Loutwaviokar, Louw, Lowaer, Loyra, Luamasse, Lucas, Ludimera, Lufkey, Luhukay, Luhulima, Lukmetiabla, Lukukay, Luis, Lukas, Lumalessil, Lumamuly, Lumanon, Lumatalale, Lumoly, Lumona, Lumuly, Lumyar, Lundberg, Lurika, Lusikooy, Lusnarnera, Lussy , Luther, Luturdas, Luturmas, Luturkey, Luturyaly.

M
Maäda'el, Maäil, Maähury, Maälette, Maänary, Maäsuly, Maätita, Maätitahputih, Maätitawaer, Maätoke, Maäturwey, Machmara, Macora, Macsurella, Madelis, Madethen, Madrach, Madubun, Maelissa, Maerissa, Maghyn, Magista, Magistroy, Mahakena, Mahu, Mahubessy, Mahulete atau Mahulette, Mahupale, Mahwil, Maici, Maifor, Maigoda, Maiheuw, Maihoram, Maik, Mailera, Mailissa, Mailoa, Mailopuw, Mailuhu, Mainake, Mainasse, Mainasy, Maintor, Maipau, Mairera, Mairuhu, Maitha, Maitimu, Maituni, Makahinda, Makalew, Makalaypessy, Makarawe, Makasenda, Makatey, Makatita, Makeralo, Makewe, Makooy, Malagwar, Malaihollo, Malaka, Malakauseya, Malaluhon, Malawat, Malawau(w), Male, Malesi, Malinder, Malioy, Malirafin, Malirmasele, Malkus, Malloly, Mallur, Maloka, Maloky, Malonsilly, Manait, Manakane, Mancino, Mandalise, Mandessy, Mandry, Manduapessy, Mangar, Mangera, Mangidano, Manginsela, Manila, Manilet, Manintamahu, Manipa, Manina, Manlany, Mansilety, Mantauw, Manthol, Mantouw, Mantulameten, Manuel, Manuhuttu, Manufury, Manukelle, Manukiley, Manukily, Manupassa, Manuputti atau Manuputty, Manusama, Manusiwa, Maollo, Mapussa, Marantika, Marantha, Marasabessy, Marcus, Mardia, Mardjan, Marer, Mareray, Maressy, Maretray, Marian, Marguly, Marino, Marlay, Marolan, Marloune, Marlovolin, Maros, Marsela, Marthens, Maryanan, Marlissa, Marmusial, Maromon, Marthen, Marthinus, Marthius, Masado, Maruanaja atau Maruanaya, Marwa, Maryate, Masbait/Masbaitoeboen (baca: Masbaitubun), Masella, Masesua, Masiglat, Maspaitella, Masriat, Masrikat, Massen, Matahelumual, Matahurilla, Matakena, Matakupan, Matalatta, Matalatua, Matanassy, Matapere, Matatula, Matauseya, Metekohy,Materay, Matheis, Matheos, Matheus, Matinahoruw, Matitahmeten, Matimau, Matmey, Matinahoru, Matital, Matitaputty, Matloa, Matly, Matruthe, Matrutty, Mattale, Mattinahotuw, Matuahitimahu, Matualessy atau Matulessy, Matuanakotta, Matulty, Maturbongs, Matuwalatupauw, Matwear, Mauauth, Mauberg, Maudara, Mauhema, Maulanny, Maulias, Mauressy, Maurits, Maussa, Mautheis, Mauweng, Mawara, Mawetars, Mayahy, Mayano, Mayaut, Mayor, Meckel, Mehedila, Mehen, Mehiwarleky, Mehmorlay, Mehmory, Meifarth, Meikdely, Melaira, Meliezer, Melmambessy, Melsadalim, Melsasail, Melwaer, Mendes, Mendoza, Menora, Merdio, Merweer, Mesack, Mesdila, Mesliden, Mesloy, Messa, Metalmely, Metaloby, Metanleru, Metekohij, Metehelemual, Metiary-Lumalessil, Metiora, Metjikit, Metrian, Meturan, Meute, Meyano, Meyer, Mezack, Michael, Mina, Minaelt, Minaely, Mioch, Miog, Mirlauw, Miru, Moeri, Moers, Mofun, Moksen, Molana, Moll, Molle, Monaten, Mondjil, Moneay, Moniharapon, Monipola, Monny, Montefalcon, Mora, Mores, Morgan, Morios, Morsen, Moryaan, Mosez, Mosse, Mouren, Mouw, Mozes, Mual, Muges, Mularen, Mulder, Muller, Munster, Muriolkossu, Murjani, Musaad, Musila, Muskitta, Mustamu, Mustany, Mutlay, Muya, Musly,

N
Nafali, Naflery, Nahaklay, Nahumarusy, Nahumuri atau Nahumury (atau Tuanahumury), Nahusuly, Nahusona, Nahuway, Naihonam, Naim, Nampasnea, Namserna, Namuru, Nanariain, Nandisa, Nanlessy, Nanlohy, Nares, Naressy, Nanulaitta, Nanuru, Nanusella, Naraya, Narayaman, Narmo, Naroly, Narua, Naryemin, Nasela, Naskay, Nasrany, Natan, Natasian, Natjikit, Natlayer, Natten, Natro, Nauwe, Navan, Nettana, Nicolaas, Niker, Nitakessy, Nitalessy, Nelson, Nife, Nikodemus, Nindatu, Ninkeula, Nisaf, Nendissa, Nengkuela, Nengkuelya, Nererain, Nerwel, Neva, Neyte, Ngelyaratan, Ngabalin, Ngamel/Ngamelubun, Nifmaskossu, Nikijuluw (baca:Nikiyulu), Nirahua, Nisdoam, Nivaan, Nokpay, Norimarna, Norwens, Nova, Novira, Noya, Nugracia, Nuhuyanan, Nukuhehe, Nuniary, Nunlehu, Nunumete, Nuraha, Nurlatu, Nurlette, Nurtanio, Nurue, Nusaly, Nussy,

O
Octavians, Oersepuny, Ofan, Ohello, Ohoiledjaan, Ohoimar, Ohoiner, Ohoira, Ohoirenan, Ohoitavun, Ohoiwirin, Ohorella, Ohman, Oilira, Oita, Oktoseya, Oladasi, Olamando, Olczweski, Olinger, Oliver, Olivier, Oliviera, Olkteseja, Onaola, Onardo, Onarely, Onarloy, Ondy, Ongels, Ongkers, Onoly, Oosterhuis, Oppier atau Opir, Oraile, Oraplawal, Oraplean, Orindalim, Orno, Orun, Oryoin, Oshaer, Osleky, Ospara, Otmudy, Otta, Oudshoorn, Oybur,

P
Paaijs atau Paays, Pahar, Paija, Paihra, Pairhy, Pakaila, Pakaless, Pakkel, Pakniany, Palain, Palajo, Palapessy, Palpialy, Palencar, Palias, Palica, Palijama atau Palyama, Palijate, Palisoa, Palpia, Pamounda, Panjaito, Panpalares, Papilaya (atau Papilaja), Parera, Parety, Parewang, Pariama, Pariela, Parihala, Parinama, Parintah, Parinussa, Pariuri atau Pariury, Parjer, Paron, Parura, Pary, Pasalbessy, Pasanea, Paselima atau Passelima, Pasinau, Passa, Passal, Passau, Patawaria, Patehaduan, Pati, Patjanan, Patras, Patrouw, Pattalala, Pattawala, Patti, Pattianakota, Pattiapon, Pattiasina, Pattiata, Pattiiha, Pattihahuan, Pattiheuwean, Pattikairatu, Pattikawa, Pattileamonia, Pattileraonia, Pattileuw, Pattilouw, Pattimahu, Pattimaipauw, Pattimukay, Pattinama, Pattinasarani atau Pattinasarany atau Pattinaserany, Pattinaya, Pattinussa, Pattipawaej, Pattipeilohi atau Pattipeilohy atau Pattipilohy, Pattipeiluhu, Pattirajawane, Pattirousamal, Pattiruhu, Pattisahusiwa, Pattisamalo, Pattisapacoly, Pattiselanno, Pattiserliun, Pattisina, Pattisinay, Pattisia, Pattiwael, Pattiwaelapia atau Pattiwaellapia, Pattimura, Pattiusen, Pattotmen, Patty, Pattynama, Paturia, Paul, Paulain, Paulus, Paulusz, Paunno, Payara, Pay, Payer, Payessy, Pea atau Peea, Peca, Pehine, Peilouw, Peimahul, Peisina, Pelamonia, Pelapelapon, Pelapory, Pelasula, Pelaury, Peletimu, Pellata, Pellaupessy, Pello, Pelman, Pelmelay, Pelu, Pelupessy, Penny, Penu, Pentura, Pentury, Perdijk, Peres, Perez, Perklay, Perley, Perloy, Persulessy, Pertafun, Perulu, Peseletehahan, Pesireron, Pesiwarisa, Pesilette, Pessi atau Pessy, Pesoelima atau Pesulima, Pesurnay, Pesuwarissa, Peta atau Petta, Petrusz, Peuohaq, Peweloy, Phillips, Philippus, Pical, Picanussa, Picarima, Picasouw, Picauly atau Picaulima, Picauria, Piculima, Pieter atau Pieters, Pieterst, Pietersz, Pieris, Pieritsz, Pikason, Pinoa, Piris, Piries, Pirsouw, Pisarahu, Pitna, Pitoty, Pitries, Pocerattu, Pohirey, Pohwain, Poipessy, Pokar, Pokomasse, Pokrena, Polari, Polhaupessy, Pollatu, Polnaya, Polsiary, Polway, Polyn, Pomeo, Pony, Pooroe, Porce, Porfchy, Porkily, Porlary, Porloy, Pormes, Porsche, Porsiana, Porsisa, Porudara, Porulery, Porwaila, Porway, Postema, Postma, Potoruw, Prans, Pronk, Proprey, Prossy, Proym, Pulumahuny, Pupella, Purimahua, Putiheruw, Putirulan, Puttileihalat, Puttineta, Puttiray, Putuhena, Puturuhu, Puyamna, Pynuslan,

Q
Que, Queljoe, Quezon,

R
Rachil, Radamussa, Radiena, Radjabaycolle, Radjawane, Rafael, Rafel, Rafupaira, Ragalomi, Rahabav, Rahabeat, Rahaded, Rahado, Rahael, Rahajan, Rahakbauw, Rahalob, Rahankey, Rahaor, Rahanra, Rahansikwer, Rahanten, Rahawarin, Rahayaän, Rahalus, Rahangier, Rahangmetan, Rahankuren, Rahansamar, Rahentus, Rahanwatty, Rainony, Raja Boean, Rajab, Rajawane, Ralahallo, Ralahalu, Rambers, Ramchic, Ramon, Ramschie, Ranguly, Raprap, Rarsina, Ratissa, Ratsehaka, Ratsina, Ratte, Ratuhalin, Ratukoten, Ratulohain, Raturomon, Ratuteher, Raude, Raviv, Rea, Reane, Reawaruw, Reasoa, Rebiltaban, Recy, Redonov, Reeyk, Reffialy, Refilely, Refilteman, Refualu, Refun, Refwalu, Regel, Rehatalanit, Rehatta, Rehiary, Reihara, Reilely, Reimas, Reinhard, Reinould, Reintjes, Reiper, Reitiwal, Reken, Relew, Relmasira, Remialy, Remkes, Remmona, Rendat, Ren-El, Renfan, Renfarak, Rengil, Rengirit, Renhoar, Renhoran, Renhuard, Reniban, Renleeuw, Renmaur, Renolat, Renoult, Rentor, Rentua, Renuf, Renuw, Renwer, Renwet, Renyaän, Rerebain, Reressy, Rerinne, Rering, Rery, Resbal, Residay, Resie, Resilowy, Resimery, Reslanut, Reslev, Resley, Resmol, Respessy, Ressel, Ressok, Restuny, Rettob, Reunussa, Revalo, Revo, Revualo, Rey, Reyk, Reyth, Rheebok, Ria, Riamlias, Ribock, Richard, Rici, Ridtjab, Rieuwpassa, Rihna, Rihulay, Rijoly, Rikiwelas, Rikumahu, Rirlherta, Rinsampessy, Riri, Riry, Ririasa, Ririhatuela, Ririhena, Ririmasse, Ririmasu, Riripoy, Riry, Rirsouw, Risahondua, Risakotta, Risamassu, Risamena, Risambessy, Risampessy, Risapori, Risreuw, Risteruw, Ritananuku, Ritawaemahu, Ritho, Ritiauw, Rivai, Riyanda, Road, Roberth, Robertho, Röder, Rodja, Rodriguez, Roffe, Roge, Roirelmasira, Rolas, Rolobessy, Romean, Romalaha, Rombaello, Romeon, Rommer, Romera, Rometna, Romhery, Romkeny, Romlioni, Romlus, Romode, Romohoira, Rompies, Romrainy, Romsery, Romumoij, Romtia, Romuty, Roos, Rooy, Ropena, Rorafuy, Rorainy, Rosen, Rosevelt, Rosfader, Rossi, Rostary, Rosumbre, Rotasouw, Roteltap, Rotobessy, Ruban, Ruff, Rügebregt, Rugebreith, Ruhukail, Ruhulessin, Ruhulessy, Ruhupessy, Ruhunlela, Ruhunussa, Ruhupatty, Rukka, Ruimassa, Rumalattu, Rumailal (Rumaillo), Rumalaiselan, Rumalaselan, Rumalatea, Rumalewang, Rumaloine, Rumamina, Rumamory, Rumappar, Rumasoal, Rumatora, rumkeny, Rumthe, Rumfaan, Rumaf, Rumadery, Rumahenga, Rumakety, Rumalaiselan, Rumangun, Rumarihu, Rumaruson, Rumasella, Rumbalifar, Rumbouw, Rumew, Rumfaan, Rumfot, Rumlaän, Rumles, Rumlus, Rumngevur, Rumphius, Rumpis, Rumpuin, Rumsory, Rumthe, Rupisiay, Russel, Ruspanna, Russyn, Rusten, Rutumalesi, Rutunalessy,

S
Saämena, Sabandar, Sabonno, Sadsuitubun, Safenussa, Sagena, Sahabudin, Sahanaya, Sahalessy, Sahar, Saharui, Sahertian, Sahetapy, Sahetumby, Sahilatua, Sahlan, Sahuburua, Sahulata, Sahuleka, Sahureka, Sahupalla, Sahusilawane, Said, Saidely, Saija (atau Tuasaija dari Nunusaku. baca: Saiya, Tuasaiya), Saihainenia, Saihitua, Sailapra, Sailele, Saimima, Saimorsa, Sainafat, Saineran, Sainlia, Sainyakit, Saipelessy, Sairas, Sairdama, Sairduly, Sairkora, Sairlela, Sairlona, Sairlouth, Sairpaly, Sairseta, Saiselar, Saitian, Sairtory, Saklil, Sakliressy, Salahalo, Salahay, Salaka, Salakory, Salamahu, Salambessy, Salambona, Salampessy, Salamena, Salamony, Salamor, Salasiwa, Salatalohi, Salawane, Saleky, Salhuteru, Saliha, Salkery, Sallira, Salomon, Salmon, Salosso, Salurilla, Samadara, Samafat, Samal, Samall atau Samallo, Samaleleway, Samanerey, Samar, Samadara, Samasal, Samder, Samen, Samkay, Samloy, Samollo, Sampulawa, Samson, Samual, Samuel, Samusamu, Sanahu, Sanaky, Sanders, Sandert, Sangaji, Santiago, Sapacoly, Sapalewa, Sapasuru, Sapia, Sapulete, Saptenno, Sapsuka, Sapthu, Sapury, Sapya, Saquarella, Sardinson, Sarimolle, Sarioa, Sarkol, Sarloy, Sarmaly, Sarmanella, Sarusway, Sasabone, Sasake, Sasole, Saulissa, Sauruy, Savsavubun, Schaduw, Schenkuysen, Schrifen, Sedubun/Sedoeboen, Seamiloy, Seane, Seay,Seilano/silano atau Selano, Seimahuira, Seimahuwa, Seipalla, Seipattiratu, Seipattiseun, Seir, Seite, Sekarone, Sekewael, Selanno, Selatnaya, Seldjatem, Selgader, Seleky, Selfenay, Selitubun, Sella, Selra, Selsily, Seltubir, Seluhollo, Selvara, Selvuan, Sem'ula, Senor, Septorday, Septory, Serandoma, Serhalawan, Serin, Seriven, Sermaf, Serpara, Serpiela, Serro, Serumena, Serusiay, Sersian, Sesye, Setha, Setty, Seuw, Sewta, Siahanenia, Siahaya, Siaila, Sialana, Siane, Sianressy, Siarukin, Sichers, Siegers, Sienaya, Sieto, Sifata, Sigin, Sigmarlatu, Sihasale, Sikte, Sila, Silahooij (baca: Silahoy), Silara, Silawane, Silawanebessy, Siletty, Silfanay, Silgaden, Silipory, Silkaty, Sillueta, Sillouw, Silooy, Silvera, Simaela, Simao, Simauw, Simatouw, Simon, Simona, Sina, Sinamona, Sinatti, Sinay (atau Tuasinay), Singadji, Singerin, Sinia, Sinmiasa, Sintiory, Sinyendir, Sipahelut, Sipasulta, Sipiel, Sipolo, Sirdjoir, Sirken, Sirlay, Sirsobad, Sitanala, Sitania, Sitaniapessy, Siutta, Siwabessy, Siwalette, Sklaressy, Slarmanat, Slassa, Slubyanik, Snall, Snylau, Snyopwain, So, Soakakone, Soares, Socnosiwy, Sodefa, Soentpiet, Sogalrey, Sohilait, Soin, Soindra, Solarbisain, Solehuwey, Solemeda, Solefucy, Solgarey, Solinav, Solissa, Solmeda, Solukh, Somae, Somes, Somey, Somnaikubun, Songbes, Sonray, Sooch, Sopacua, Sopacuaperu, Sopaheluwakan, Sopamena, Sopaoia, Soparue, Soparve, Sopla, Soplatu, Soplanit, Soplantila, Soplely, Soplera, Soplero, Soprali, Sorfay, Sorfory, Soriale, Soriton, Sorluri, Sormin, Sormudi, Sorsery, Soruday, Soselissa, Sotja, Souhally, Souhoka, Souhuken, Souhuwat, Souissa, Soukotta, Soukully, Soulinay, Soulissa, Soumeru, Soumete, Soumokil, Soumory, Soumulin, Souripet, Soyem, Spies, Srue, Stanly, Stefanus, Suad, Sucelaw, Sula, Suiker, Suitella, Suli, Sulilatu, Sumanik, Sumany, Sumual, Suneth, Sunloy, Supulatu, Supusepa, Surey, Suribory, Suripatty, Surker, Surlia, Sutaner, Sutrahitu, Suttela, Syahailatua, Syaharanie, Syaranamual, Syatauw, Syauta, Syelau, Syeramwain,

T
Tabalessy, Tabavmolu, Tabelssy, Taberima, Taborat, Tackow, Tahallea, Tahalele, Tahamata, Tahanora, Tahapary, Tahiya, Tahitoe atau Tahitu, Tahoes, Tahor, Taihutu, Tail, Takahepis, Takarbessy, Takaria, Talabessy, Talahatu, Talahaturuson, Talakua, Talaksoru, Talanila, Talla, Tallane, Tallaut, Tamaela, Tamalsir, Tamarmans, Tambalangi, Tamher, Tamonob, Tamtelahitu, Tan, Tanahatu, Tanahitumessing, Tanalepy, Tanalisan, Tanamal, Tanee, Tanalea, Tanalessy, Tanate, Tanesya, Tangahu, Tanic, Tanifan, Tanikwele, Taniwel, Tansora, Tantoly, Tanwey, Tapilow, Tarantein, Tarehy, Tarinathe, Tarumaselly, Tarusy, Tasaney, Tasidjawa, Tassane, Tataperuw, Tatipatta, Tatipikalawan, Tatuhey, Tauran, Tauatanasse, Tawaerubun, Tayalla, Tayl, Tebiary, Tefara, Tehuayo, Tehubijuluw (baca:Tehubiyulu) , Tehupeiory, Tehupelasury, Tehusiarana, Tehupuring, Tehusyarana, Tehuwayo, Teis, Teky, Telepary, Teliaur, Telsuera, Temmar, Tenine, ten Cate, ten Have, Telussa, Tengens, Tentua, Tepal, Terinate, Teriraun, Terling, Terlir, Terloit, Termas, Termature, Terry, Terseman, Tertimelay, Tertroman, Teslatu, Tesno, Tetelay, Tetelepta, Teterissa, Tethool, Tetikay, Tetlageni, Tetrapoik, Tety, Tevtuar, Tharob, The, Thebez, Thecher, Thedy, Thelessy, Themin, Thenager, Thenu, Theny, Theodorusz, Theofilla, Theorupu, Theovilus, Thernando, Theruty, Thesman, Thetius, Theuw, Thiemailattu, Thienus, Thiesman, Thinar, Thio, Thiosubu, Thiotansen, Thobias, Thomas, Thorion, Thovian, Thto, Thung, Thyssen, Tjuparia, Tiahahu, Tianotak, Tibalea, Tibalimeten, Tielman, Tifof, Tigele, Tildjuir, Timahery, Timisela, Timotius, Tilukay, Tiotor, Tipalameten, Tipialy, Tipuria, Tirel, Tisera, Titariuw, Titasen, Titawanno, Tiwery, Titahena, Titaheru, Titaley, Titapasanea, Titarsole, Titarsoley, Titasomi, Titawananno, Titiheru, Titus, Tiven, Tiwery, Tjialfa, Tlingkery, Tobelo, Toberwaer, Toffy, Tohatta, Toisuta, Toker, Tomadina, Tomahu, Tomaluweng, Tomasila, Tomasoa, Tomasouw, Tomatala, Tomaula, Tomhissa, Tomia, Tomio, Tomoria, Tomyar, Tonikoe, Tonrate, Tooren, Topurlay, Topurtawy, Toras, Toressy, Torlain, Tormyar, Torry, Tosane, Tosil, Tousalwa, Touwe, Towait, Trando, Tromlakor, Tromlay, Trona, Ttehelu, Tuahattu, Tuatfaru, Tubalawony, Tuahuns, Tuakora, Tualena, Tuanahu, Tuanahumury atau Nahumury, Tuanani, Tuanakotta, Tuankotta, Tuanaya, Tuanger, Tuapattinaya, Tuarissa, Tuasaija dari Nunusaku atau Saija (baca:Saiya), Tuasamu, Tulaseket, Tuasella, Tuasinay atau Sinay, Tuasuun, Tuatanassy, Tubalawony, Tuharea, Tuhehaij, Tuhilatu, Tuhuleruw, Tuhumena, Tuhumuri atau Tuhumury, Tuhuteru, Tuhusula, Tulalesia atau Tulalessy, Tuluheru, Tumansery, Tumury, Tunyluhulima, Tupalessy, Tupamahu, Tupan, Tupanno, Tupanwael, Tupasouw, Tupawael, Tupenalay, Tuquiha, Turben, Turgey, Turmua, Turubasa, Turuy, Turukay, Tusmain, Tuther, Tutkey, Tutuarima, Tutuhatunewa, Tutuiha, Tutupary, Tutupohu, Tutupoly, Tuwanakotta, Tuwatanassy, Tuapetel, Tuasikal, Tumober, Tuparia, Turkey, Tusyek, Tuurfon, Tyssenraad,

U
Ubfan, Ubleeuw, Ubra, Udigary, Udinera, Ukru, Uktolseya, Uktosya, Ulate, Ulorlo, Ulter, Umagaf, Umasugi, Umhersuny, Unarapal, Unatenina, Unemlora, Unenor, Uneputty, Unilefta, Uniplaita, Unitly, Unkelefta, Unmehopa, Unola, Unsia, Untarolla, Unwakoly, Uperessy, Upessy, Ur, Urath, Uray, Urayawa, Urbayani, Urbansini, Urdjel, Urel, Uren, Urilal, Urlyoly, Ursia, Uruilal, Urutmaan, Usemahu, Usman, Usmani atau Usmany, Uspessy, Uspitany, Utanno, Uwella, Uwen, Uvuuratuw, Uze,

V
van Afflen, van Amstel, Vanath, van Belouw, van Bergen, van Bochove, van Bokhove, van Bulow, van Bussel, van Capelle, van Caspel, van Delsen, van de Haare, van der End, van der Kloor, van der Meer, van der Sluis, van der Weden, van der Zee, van Diest, van Dijk, van Driel, van Enst, van Exel, van Gils, van Harling, van Hoogmoed, van Houten, van Irsel, van Joost, van Nieuwenhuizen, Vanon, van Puffelen, van Ringen, van Room, van Saker, van Strijland, van Suiker, van Sukker, van Surker, Vavuu, Veerman, Veenendaal, Verhagen, Versteegh, Vetegh, Victor, Vidlela, Vijsel, Vinola, Visser, Vollebregt, Voly, Voriume, Vorst, Vriese, Vun

W
Waäel, Waasar, Waas, Waber, Waelaruno, Waifly, Walagwaor, Wally, Wamona, Wangarwy,Wasahua, Wantaar, Warella, Wariunsora, Wacanno, Wael, Waeleruny, Waerisal, Wails, Wailussy, Wairatta, Waisapy, Wakan, Walaia, Walsen, Walten, Wamesse, Wance, Wanne, Warbal atau Warbala, Warbel, Warella, Waricey, Warkey, Warkor, Wasia, Watloly, Watmanlussy, Watmersan, Watrimny, Watsira, Wattiheluw, Wattilete, Wattimanela, Wattimena, Wattimury, Waulath, Wayerjuari, Weber, Wedilen, Wee, Weeflaar, Weheb, Wehfany, Welary, Welafubun, Weler, Weller, Wellem, Wellikin, Wemay, Wemaf, Wenehen, Wenger, Wenno, Wenus, Weridite, Werinussa, Wesplat, Wessy, Wetamsair, Wewra, Wewza, Wifly, Wilfred, Willys, Wilyams, Wlena, Woersok, Wohel, Woherhair, Wohir, Woley, Wolff, Wolontery, Wonatha, Wonhery, Wonley, Wonmaly, Wonsera, Woolf, Woriun, Wotheisen, Wothouzen, Wuisan, Wuarlijma, Wuctres, Wurletta,

Y
Yabar, Yabarmase, Yafur, Yahawadan, Yakob, Yalmav, Yambreswav, Yamla'ay, Yamrat, Yamvav, Yani, Yantel, Yanuby, Yaranmassa, Yarin, Yauply, Yauris, Yebassy, Yehelissa, Yehuda, Yemnifan, Yenussy, Yerigair, Yerwuan, Yesaya, Yesayas, Yeuyanan, Yeviwra, Ynawarin, Yoel, Yohanes, Yohanis, Yokohael, Yoktery, Yolmen, Yonenain, Yongnaim, Yoor, Yoram, Yordan, Yoris, Yoseph, Yosieto, Yousaf, Yubibyanan, Yulianus, Yunus, Yusak, Yusuf,
Z
Zacharias, Zainilessy, Zakeus, Zalkheus, Zamon, Zaverius, Zein, Zoin, Zue, Zuley, Zijlstra,